Kamis 15 Dec 2016 20:14 WIB

Pesantren Tebuireng Terapkan Transaksi Nontunai

Rep: Binti Sholikah/ Red: Agus Yulianto
 Pencanangan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Pesantren Tebuireng Jombang, Kamis (15/12).
Foto: Binti Solikhah/Republika
Pencanangan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di Pesantren Tebuireng Jombang, Kamis (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG – Pesantren Tebuireng di Kabupaten Jombang menjadi proyek percontohan (pilot project) pelaksanaan gerakan nasional non tunai (GNNT) di Jatim. Pelaksanaan program Bank Indonesia ini menggandeng Bank BRI berupa kartu Brizzi. Peluncuran kerjasama ini dilakukan di Ponpes Tebuireng, Kamis (15/12).

Teknisnya, para santri mendapatkan kartu Brizzi untuk digunakan transaksi di lingkungan pondok pesantren. Kartu ini bisa digunakan untuk transaksi di koperasi maupun di merchant lain yang telah bekerja sama dengan BRI. Di lingkungan pondok juga terdapat agen laku pandai BRI bernama agen BRIlink. Melalui agen ini, para santri bisa melakukan transaksi perbankan tanpa perlu ke bank, seperti menabung, transfer, maupun tarik tunai.

Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Bank Indonesia Perwakilan Jatim, Hestu Wibowo, mengatakan, Tebuireng menjadi pilot project penerapan transaksi non tunai bisa dikembangkan di pesantren. Menurutnya, BI menggandeng pesantren karena Jatim merupakan basis pesantren yang jumlahnya mencapai ribuan.

“Pesantren punya potensi yang besar untuk transaksi pembayaran. Dengan pesantren kita jadikan komunitas, membentuk ekosistem baru, masyarakat perlu semacam pilot project. Kalau ini berhasil bisa diterapkan di tempat lain,” ujarnya di sela-sela acara tersebut.

Dikatakan Hestu, salah satu testimoni permasalahan pengiriman uang sekolah di pesantren, selama ini, orangtua membawa langsung uang tunai. Sehingga ada risiko kehilangan, kecopetan, atau tidak dibayar oleh santri. Dengan transaksi nontunai, risiko tersebut bisa diminimalisasi.

Melalui GNNT ini, ujarnya, BI ingin mengubah pola pikir (mindset) masyarakat yang gemar menggunakan uang tunai beralih ke transaksi non tunai. Selain pesantren, BI telah bekerja sama dengan Pemprov Jatim untuk pembayaran di lingkungan Pemprov, kerja sama dengan perbankan dan instansi untuk pembayaran jalan tol, retribusi, maupun Samsat.

Kepala Cabang BRI Jombang, Sukirno, mengatakan, transaksi nontunai dengan kartu Brizzi bisa dilakukan tanpa rekening. Jadi, santri yang belum memiliki KTP juga bisa melakukan transaksi non tunai dengan kartu ini.  “Bentuknya kartu. Selain lewat Brizzi juga bisa melalui m-cash, transaksi transfer tanpa buku rekening, bisa pakai nomor ponsel tanpa ponsel,” ujarnya.

Pimpinan Ponpes Tebuireng Jombang KH Sholahudin Wahid mengatakan, GNNT ini memberikan kemudahan bagi para santri dan orangtua santri. Beberapa manfaat yang bisa dirasakan di lingkungan pondok antara lain, mencegah uang palsu, mencegah pencurian, mencegah uang rusak, dan memudahkan dalam membayar uang bulanan seperti SPP, uang makan dan uang asrama.

“Selama ini ada yang kehilangan uang, ada yang uang bulanan dipakai untuk kegiatan lain, sehingga tunggakan SPP cukup besar. Dengan GNNT ini kami optimistis akan memberikan kemudahan kepada para santri,” tutur Gus Sholah, sapaan akrabnya.

Salah satu santri Ponpes Tebuireng, Fira Ayu, menyatakan sangat terbantu dengan adanya kartu Brizzi. Menurutnya, GNNT lebih memudahkan orangtua santri untuk mengirim uang saku bulanan. Selain itu, uang SPP bulanan bisa langsung dikirim melalui virtual account. “Kami merasa uang kami lebih aman dengan gerakan non tunai,” ujar siswa SMA Wahid Hasyim asal Samarinda tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement