Kamis 15 Dec 2016 03:36 WIB

Indonesia-India Fokus Tingkatkan Perdagangan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Indonesia, Ahad (15/11)
Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Indonesia, Ahad (15/11)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bersama Confederation of Indian Industry (CII) sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi dua negara dengan mengagendakan pertemuan lanjutan CEO Forum di Indonesia pada 2017.  Hal tersebut diungkapkan ketua Kadin Rosan P Roeslani setelah melakukan pertemuan bersama sejumlah CEO perusahaan terkemuka Indonesia dengan sejumlah CEO perusahaan terkemuka India dalam CEO Forum yang berlangsung di New Delhi, India.

Menurut Rosan, melalui joint statement para pelaku usaha dua negara sepakat untuk mengejar target ambisius 50:50. “Indonesia dan India harus fokus untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi dengan menetapkan target ambisius total perdagangan 50 miliar dolar AS dan total investasi kedua negara 50 miliar dolar AS pada 2025”, kata Rosan melalui siaran pers, Rabu (14/12).

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menjelaskan sejarah hubungan antara Indonesia dan India sudah terjalin dua milienia melalui hubungan budaya dan perdagangan. Saat ini, Indonesia telah berkembang menjadi mitra dagang terbesar India di ASEAN dengan peningkatan perdagangan empat kali lipat dari 4,3 miliar dolar AS pada 2005-2006 menjadi 15,9 miliar dolar AS pada 2015-2016.

India merupakan pembeli terbesar minyak kelapa sawit dan batu bara Indonesia dan mengimpor mineral, karet, bubur kayu, kertas serta hidrokarbon. Sementara India mengekspor produk minyak, tepung jagung, kendaraan komersial, peralatan telekomunikasi, makanan hewan, katun, produk baja dan plastik ke Indonesia.

Shinta menambahkan, di tengah melemahnya perekonomian global, Indonesia dan India memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik hingga sangat mungkin untuk meraih capaian baru dalam konteks investasi dan perdagangan dua negara.

"Guna meraih target investasi dan perdagangan 50:50, para pelaku usaha dua negara menyepakati perlu ada investasi baru baik dari pemerintah maupun perusahaan swasta," kata Shinta.

Untuk itu, diidentifikasi bahwa ada enam sektor utama yang penting untuk diperhatikan dalam peningkatan kerja sama ekonomi yakni pertambangan, infrastruktur, manufaktur, obat-obatan dan farmasi, jasa, serta kerja sama sektoral.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement