Kamis 15 Dec 2016 03:43 WIB

HIPMI Jatim Diminta Bantu Pengemasan Produk UMKM

Rep: Binti Sholikah/ Red: Budi Raharjo
Usaha kerajinan tangan
Foto: Tahta/Republika
Usaha kerajinan tangan

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jawa Timur diminta membantu para pengusaha UMKM di Jatim dalam memperbaiki proses pengemasan produk. Sebab, selama ini pengemasan produk menjadi masalah utama di industri UMKM.

Gubernur Jatim Soekarwo meminta para pengusaha Hipmi ikut berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jatim. Salah satunya dengan membantu para pengusaha UMKM memperbaiki proses pengemasan (packaging) produk, serta membantu kebijakan terkait logistik dan pengiriman barang dalam pasar dalam negeri.

Pakde Karwo, sapaan akrabnya mengatakan, masalah packaging membuat produk Indonesia kalah dengan beberapa negara lain. Selain itu, masalah lainnya di industri pengolahan di Jatim terkait mesin rata-rata sudah kuno sehingga tidak bisa kompetisi di industri pengolahan.

“Perdagangan akan naik bila packaging-nya bagus. Jadi saya usulkan ada pelatihan packaging. Packaging kita masih jelek seperti Myanmar, Laos dan Kamboja,” katanya saat memberikan paparan dalam acara Rakerda XIV Hipmi Jatim 2016 di Surabaya, Rabu (14/12).

Ia menambahkan, masalah logistik dan konektivitas menjadi permasalahan serius dalam perdagangan dalam negeri. Ia meminta adanya penguatan pasar dalam negeri. Saat ini, kapal yang membawa muatan 75 persen barang di Pelabuhan Tanjung Perak ke Ternate saat kembali hanya membawa muatan sekitar 5 persen.

“Jadi saya minta bisakah Hipmi menjadi collector bahan-bahan atau produk di Ternate jangan 5 persen tapi 20 persen dibawa kembali ke Tanjung Perak. Potensi ini ada karena purchasing power di Jatim tinggi. Saya usul kita kumpul standing committee Hipmi dengan Kadin kumpul di Jatim kita bahas ini bersama-sama,” ujarnya.

Menurutnya, Jatim menghadapi tantangan ke depan dalam sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Di sektor pertanian, mutasi lahan sekitar 1.100 hektare per tahun, untuk sektor industri impor bahan baku masih tinggi mencapai 79,83 persen, serta tantangan di sektor perdagangan berupa biaya logistik yang masih tinggi.

Sementara itu, Ketua Umum BPD Hipmi Jatim, Giri Bayu Kusumah mengatakan, potensi pasar dalam negeri harus dikuasai terlebih dulu sebelum menguasai pasar luar negeri. Untuk itu, Hipmi Jatim berupaya memberi kontribusi bagi pererkonomian masyarakat Jatim.

Hipmi, lanjutnya, juga fokus pada pertumbuhan wirausaha muda di Jatim. Salah satunya melalui HIPMI perguruan tinggi di Jatim. “Kami berencana membentuk sekitar 50 Hipmi perguruan tinggi di Jatim untuk menggencarkan semangat berbisnis di kalangan mahasiswa,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement