Kamis 08 Dec 2016 16:15 WIB

JK Minta Masyarakat Realistis Hadapi Kondisi Ekonomi

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Wapres Jusuf Kalla
Wapres Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta masyarakat agar lebih bersikap realistis menghadapi kondisi ekonomi yang terjadi di Tanah Air. Kondisi perekonomian global yang penuh ketidakpastian saat ini dinilai membuat masyarakat menjadi pesimis.  Namun jika terus dibiarkan, maka masyarakat pun akan lebih sulit menghadapi kondisi perekonomian dewasa ini.

"Lebih baik kita katakan realistis saja menghadapi keadaan tidak perlu pesimis jangan juga terlalu optimis. Apabila kita sangat pesimis kita susah saja, optimis berlebihan nanti kecewa kalau kita tidak bisa capai, lebih realistis saja," kata JK di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Kamis (8/12).

Perekonomian tanah air, kata JK, juga dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dari dalam negeri dan faktor dari luar negeri seperti efek terpilihnya Donald Trump serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau British Exit.

"Kita semua tahu faktor luar di AS ada Trump efek di Eropa ada Brexit dan masalah lainnya, kemudian pandangan yang bisa jadi nasionalistik ada masalah akibat ke Cina, di Timteng, efek harga minyak, harga minyak efeknya ke batubara dan negara lain dan kita kena efek-efek dan gak bisa dihindari," kata dia.

JK mencontohkan, setelah terpilihnya Trump dalam pilpres Amerika, ia meyakini Trump tidak akan melakukan kebijakan dalam kampanyenya. Kebijakan yang akan diambil oleh Trump, menurut JK, tidak akan bersifat proteksionis seperti yang dijanjikan oleh Trump.

"Trump contohnya apakah dia akan proteksionis saya kira tidak, tidak mungkin itu. Mau bikin pajak untuk barang-barang Cina di overside kalau dia lakukan itu maka berontaklah rakyat AS, karena pasti daya beli menurun dan jatuh miskin, pasti tidak akan," ujarnya.

Kondisi tersebut pun memberikan dampak pada ekonomi tanah air seperti penurunan ekspor dan juga pendapatan negara. JK juga menyampaikan target pertumbuhan ekonomi yang sebesar lima persen merupakan target yang realistis saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement