REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia terus menurun pada Rabu (7/12) atau Kamis (8/12) pagi WIB, karena data pemerintah Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa persediaan bahan bakar minyak di negara tersebut meningkat lebih besar dari yang diperkirakan.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya yang dirilis Rabu (7/12) bahwa persediaan minyak mentah turun 2,4 juta barel selama pekan yang berakhir 2 Desember, mengalahkan konsensus pasar. Namun, stok bensin naik 3,4 juta barel, lebih tinggi dari ekspektasi pasar naik 1,9 juta barel.
Persediaan distilasi, yang termasuk minyak diesel dan pemanas, meningkat sebesar 2,5 juta barel, melebihi ekspektasi untuk kenaikan 1,8 juta barel, menurut laporan EIA. Para analis mengatakan laporan itu secara keseluruhan bearish, sehingga memperdalam kekhawatiran para investor tentang kelebihan pasokan di pasar global.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun 1,16 dolar AS menjadi menetap di 49,77 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari, merosot 0,93 dolar AS menjadi ditutup pada 53,00 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sehari sebelumnya, harga minyak juga jatuh menghentikan kenaikan empat sesi berturut-turut, karena pasar mengkhawatirkan rekor produksi dan reaksi produsen-produsen minyak serpih AS dapat merusak kesepakatan pemangkasan produksi OPEC.