Kamis 08 Dec 2016 00:33 WIB

Agar tak Tergantung Dolar AS, Impor Harus Ditekan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
 Pekerja sedang menghitung mata uang dolar di money change. ilustrasi
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pekerja sedang menghitung mata uang dolar di money change. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai pengurangan impor dibanding ekspor Indonesia merupakan saalah satu cara untuk mengurangi ketergantungan atas dolar AS. Pernyataan Bambang ini merujuk pada permintaan Presiden Jokowi agar persepsi perbandingan nilai tukar rupiah tak lagi menggunakan dolar AS namun lebih kepada mata uang dari negara mitra dagang utama seperti yuan Cina.

"Sebetulnya bukan semata jangan bergantung pada dolar AS. Namun ini bergantung transaksinya apakah dimungkinkan atau tidak. Kurangi impor paling bisa," ujar Bambang, Rabu (7/12).

Presiden Joko Widodo mengutarakan pemikirannya tentang persepsi nilai tukar rupiah yang selama ini masih mengacu kepada dolar AS. Jokowi menilai, dengan adanya dinamika politik pascaterpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, berimbas pada melemahnya seluruh mata uang dunia tak terkecuali rupiah.

Sebelumnya, Jokowi menjelaskan kurs dolar AS sudah tidak lagi mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia. Artinya, nilai tukar dolar AS mengarah pada pencerminan kebijakan situasi pasar di dalam negeri AS. Kondisi ini akan menuntun kepada menguatnya dolar AS dibanding nyaris seluruh mata uang utama dunia.

Menurut Jokowi, fenomena ekonomi dunia ini tidak menguntungkan Indonesia. Ia meminta, persepsi nilai tukar rupiah tak lagi mengacu kepada dolar AS, namun kepada mata uang negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Cina, Jepang, atau Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement