Senin 05 Dec 2016 09:40 WIB

Analis: Rupiah dalam Tren Penguatan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Mata uang rupiah menguat.
Foto: REUTERS/Garry Lotulung
Mata uang rupiah menguat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan awal pekan ini Senin (5/12) dibuka melemah tipis di Rp 13.547 per dolar AS. Namun, pergerakan rupiah perlahan menguat hingga Rp 13.500 per dolar AS pada pukul 09.20 WIB, berdasarkan data Bloomberg.

Pergerakan rupiah hari ini diperkirakan akan berada di kisaran Rp 13.500,00-Rp 13.576,90 per dolar AS. Analis Samuel Sekuritas Rangga Cipta menilai, penguatan rupiah lebih disebabkan oleh faktor global yakni dolar AS yang terkoreksi.

"Dollar index tetap terkoreksi bahkan setelah tingkat pengangguran diumumkan turun pada Jumat (2/12) malam. Pelemahan dollar index terjadi setelah harga minyak mentah melanjutkan tren penguatannya," ujar Rangga Cipta, Senin (5/12).

Tercatat pertambahan tingkat tenaga kerja non pertanian AS naik ke 178 ribu dari 142 ribu di November 2016, sedangkan tingkat pengangguran AS per November 2016 turun ke 4,6 persen dari 4,9 persen.

Akan tetapi, lanjut Rangga, mundurnya Perdana Menteri Italia Matteo Renzi pada hari ini menyusul hasil referendum yang menolak usulannya bisa mengembalikan penguatan dollar. Fokus investor global saat ini tertuju pada pertemuan ECB di minggu ini.

Dari dalam negeri, demonstrasi umat muslim berlangsung damai, sehingga risiko dari eksternal meningkat. Pada perdagangan Jumat (2/12) kemrain, rupiah terus menguat cukup tajam bersama dengan kurs lain di Asia. Penguatan rupiah sejalan dengan demonstrasi yang berlangsung damai serta penguatan SUN yang sebelumnya sempat melemah tajam. 

"Harga minyak yang terus naik bisa menopang apresiasi rupiah walaupun jika meningkatnya ketidakpastian di Italia memicu penguatan dolar AS, penguatan rupiah bisa tertahan," kata Rangga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement