Kamis 01 Dec 2016 16:07 WIB

BI: Ekspansi Usaha akan Dukung Kredit Bank Tahun Depan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
 Logo Bank  Indonesia, Bank Indonesia
Foto: Reuters/ Iqro Rinaldi
Logo Bank Indonesia, Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksi adanya ekspansi usaha pada 2017 mendatang. Dengan demikian, pertumbuhan kredit di tahun depan dapat tumbuh di kisaran 10-12 persen.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan, pada 2013 - 2016 perbankan masih melakukan restrukturisasi kredit karena rasio kredit macet (Nonperforming Loan) meningkat. Macetnya pembayaran kredit tersebut dikarenakan harga komoditas yang anjlok pada periode tersebut.

"Tapi di 2017 restrukturisasi kredit selesai. Jadi di 2017 selesai mikirin bank buat ekspansi, 2016 mikirin restrukturisasi, 2017 mikirnya ekpansi, dunia usaha juga ekspansi. Sehingga kredit tahun depan bisa 10-12 persen," ujar Mirza dalam diskusi Arah Kebijakan Bank Indonesia 2017 di Jakarta, Kamis (1/12).

Menurut Mirza, ketidakpastian global dan harga komoditas yang baru mulai pulih pada 2016, membuat dunia usaha masih menahan untuk ekspansi. Hal itu yang menjadi penyebab pertumbuhan kredit pada tahun ini diperkirakan hanya akan berada di bawah 10 persen.

Selain itu, dunia usaha juga masih menunggu aliran dana repatriasi dari kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang diperkirakan akan masuk pada Desember ini. Dari segi likuiditas, bank sentral juga akan mulai memberlakukan kebijakan pengelolaan likuiditas yang lebih fleksibel untuk perbankan melalui instrumen moneter Giro Wajib Minimum (GWM) Averaging.

Melalui GWM Averaging ini, bank sentral akan memberikan fleksibilitas pada perbankan untuk mengendalikan likuiditasnya sekaligus mengontrol jumlah uang yang beredar. "Bagi perbankan GWM adalah likuiditas, bagi BI kami lihat pengendalian uang beredar sambil kasih perbankan manajemen likuiditasnya, caranya dengan ubah GWM primer ke Averaging. Kami lakukan ini secara bertahap, jadi GWM Averaging Parsial," tutur Mirza.

Pada kesempatan yang sama Ekonom dari Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih menilai pertumbuhan kredit pada tahun depan akan berada di kisaran yang sama seperti tahun ini yakni 8-9 persen. Selain adanya perbaikan dari restrukturisasi kredit dan harga komoditas, infrastuktur juga semakin bergerak.  

Di sisi lain, ekonomi domestik yang stabil di tengah ketidakpastian global disebabkan oleh ekonomi AS, juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. "Defisit transaksi berjalan (CAD) tahun depan 2,5 persen PDB menurut BI masih bisa ditolerir, dan masih ada ruang 0,7 persen dari PDB. Nah kalau 0,7 persen ini bisa didongkrak, impor naik, ekonomi bisa lebih baik, dan dibantu dengan optimisme itu, bank saya yakin pasti bisa kasih kredit," tutur Lana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement