REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Bandoe Widiarto memastikan isu rush money tak berdampak pada transaksi keuangan di Solo. Dia mengungkapkan penarikan uang nasabah tercatat stabil dan tak mengalami gejolak akibat beredarnya isu tersebut.
"Kami juga sudah berkoordinasi dengan perbankan tidak ada gejala rush money. Masyarakat Solo dan Kabupaten sekitarnya juga tidak perlu cemas dan resah menyikapi isu yang menjadi viral ini," ujarnya pada Kamis (24/11).
Ia mengimbau agar masyarakat tidak terpancing dengan isu penarikan uang secara serentak dari bank. Sebab jelas dia hal tersebut dapat menimbulkan resiko tinggi bagi nasabah yakni berupa perampokan uang nasabah. Lebih lanjut dia menambahkan pada November tercatat penarikan uang baru mencapai Rp 322 miliar.
Jumlah itu, jelas dia, tergolong normal terlebih jika dibandingkan dengan penarikan uang oleh nasabah jelang Lebaran. Di mana penarikan uang pada saat Lebaran dapat mencapai Rp 1-2 triliun.
"Setiap tahun penarikan terbesar ya pada saat Lebaran, ini karena kebutuhan masyarakat pun tinggi," katanya.
Dia menilai isu rush money tak berdasar, terlebih dia menilai dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini cukup kuat. Bandoe menjelaskan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,02 persen, dengan inflasi 3,31 persen dan kredit bermasalah hanya 3,2 persen.
Bahkan kata dia kondisi perekonomian di Solo Raya jauh lebih baik dimana inflasi tercatat 2,56 persen dengan kredit bermasalah 1,71 persen.