REPUBLIKA.CO.ID, -- Seoul telah menjadi ibukota Korea Selatan selama lebih dari 600 tahun sejak kedudukan Dinasti Joseon dalam kurun 1392 hingga 1910. Wilayah yang tengah dipimpin Wali Kota Park Won Soon itu dulunya lebih dikenal dengan sebutan “Hanyang” saat zaman Dinasti Joseon. Kini, Seoul telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata dunia paling diburu.
Data MasterCard Global Destination Index menunjukkan pada 2015 Seoul berada di peringkat 9 kota yang paling banyak dikunjungi wisatawan asing. Posisi ini mengalahkan primadona lain seperti Barcelona dan Milan yang masing-masing bertengger di peringkat 12 dan 15. Seoul berhasil mencatatkan 10,35 juta kunjungan wisatawan sepanjang 2015. Jumlah pengunjung dari mancanegara terus meningkat semenjak Piala Dunia Korea-Jepang pada 2002.
Hallyu alias gelombang budaya Korea sejak akhir 1990-an ikut melejitkan Korea Selatan di mata dunia. Hallyu dibawa melalui perantara musik, film, dan serial televisi. Pesona Seoul dibawa ke hadapan penonton sebagai latar berbagai tayangan hiburan.
Tak ayal keindahannya menyita perhatian masyarakat dunia. Dalam rangka mengelola kota agar menjadi satu kesatuan, pemerintah setempat mencanangkan I.SEOUL.U untuk meningkatkan daya saing Seoul dan mendukung pembangunan yang terus berlanjut.
Paket komplit
Pada hari ini Seoul telah menjadi kota metropolitan yang sibuk. Kota yang dihuni sekitar sepuluh juta jiwa tersebut juga menjadi pusat dari kegiatan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Di Seoul, pesatnya pembangunan modern bersanding mesra dengan warisan budaya yang terus dijaga.
Sungai Hangang, yang mengalir melalui pusat kota, membelah Seoul dalam dua bagian wilayah. Wilayah utara berorientasi pada kawasan budaya dan sejarah sedangkan wilayah selatan untuk kawasan bisnis.
Saat bertandang ke Seoul wisatawan disuguhi satu paket komplit mulai dari wisata belanja, budaya, pemandangan alam, hingga kuliner. Hasrat para shopaholic akan terpuaskan dengan mengunjungi kawasan perbelanjaan Myeong-dong, Pasar Dongdaemun, dan Pasar Namdaemun.
Myeong-dong adalah surganya brand-brand internasional. Pasar Dongdaemun terkenal sebagai pusat fashion kualitas ciamik berharga miring. Sedangkan di Pasar Namdaemun yang sudah berdiri sejak era Dinasti Joseon, pengunjung bisa menemukan segala macam barang. Mulai dari pakaian, ponsel, aksesoris, hingga mencicipi jajanan di kedai yang banyak bertebaran.
Bagi yang ingin melihat rumah tradisional Korea di tengah suasana kota, wisatawan bisa melangkahkan kaki ke Bukchon Hanok Village. Perkampungan tradisional ini bagaikan mesin waktu yang menyihir wisatawan menikmati suasana Seoul zaman ‘baheula’. Tempat berikutnya yang tak kalah populer adalah istana, seperti Gyeongbokgung dan Changgyeonggung.
Kategori destinasi kondang selanjutnya adalah pemandangan alam dan atraksi seperti di Namsan Seoul Tower dan Lotte World. Masih ingat Boys Before Flower? Salah satu adegan drama yang dibintangi Lee Min Ho itu mengambil lokasi di Namsan Tower. Namsan Tower memang dikenal sebagai salah satu tempat romantis. Pada malam hari pengunjung bisa menikmati indahnya pemandangan Seoul dari ketinggian bersama pasangan.
Untuk urusan perut, Seoul memanjakan lidah dengan makanan-makanannya yang sehat. Bulgogi (daging panggang yang diasinkan) dan bibimbap (nasi yang direbus dengan sayuran) merupakan salah satu contoh makanan yang paling dikenal.
Jumlah wisatawan Muslim yang terus bertambah setiap tahunnya memunculkan banyak restoran bersertifikat halal. Jika tak menemukan restoran halal, kalimat ‘Jeonen doeji gogi-rel mot meogeoyo’ atau ‘saya tidak bisa makan daging babi’ mungkin bisa membantu para Muslim selama di Seoul. Tak ada salahnya mengucapkan ‘jeongmal masisseoyo’ yang artinya ‘masakan ini sungguh nikmat’ untuk memuji jika hidangannya benar-benar lezat.
Sepanjang 2015 jumlah wisatawan Muslim menembus angka 740 ribu. Tingginya wisatawan Muslim mendorong diluncurkannya aplikasi ‘Halal Korea’. Lewat aplikasi ini pengguna bisa mendapatkan informasi restoran bersertifikat halal. Selain itu disematkan pula fitur ‘Qibla’ sebagai petunjuk arah kiblat. Hal ini merupakan upaya Korea Selatan untuk menunjang kebutuhan para wisatawan Muslim.
Setiap sudut kota cantik
Sejak menginjakkan kaki di Bandara Internasional Incheon, wisatawan sudah disambut atmosfer kota yang bersih dan serba teratur. Pemerintah benar-benar memperhatikan kenyamanan warganya sehingga penataan wilayah di Seoul jauh dari kata berantakan. Seorang wisatawan asal Jakarta, Iit Septyaningsih, menyempatkan diri berlibur ke Seoul pada pertengahan November lalu.
Menurutnya, setiap sudut kota cantik dan fotogenik. “Berfoto di manapun menghasilkan background yang menarik,” ujar gadis 24 tahun tersebut. Bahkan sekadar duduk-duduk di tepi Sungai Hangang Iit bisa mengunggah foto yang ‘instagrammable’.
Pembangunan yang mengedepankan kenyamanan warga terlihat antara lain dari trotoar yang dibangun lebar dan bebas pedagang kaki lima. Fasilitas ini tak lepas dari budaya berjalan kaki yang lekat dengan penduduk Korea Selatan.
Alih-alih menggunakan kendaraan pribadi, warga Seoul lebih senang berjalan kaki atau naik kendaraan umum. Maka tak heran jika selama berlibur sepekan di Seoul, Iit tak menjumpai pemandangan kemacetan di jalanan kota.
Mobilitas warga dan pelancong dimudahkan dengan beragamnya moda transportasi. Bus, taksi, dan kereta subway saling terhubung setiap saat. Kedatangan bus dan subway dijamin tepat waktu sehingga penumpang tak kesulitan menyusun jadwal perjalanan.
Tidak ada kata tersesat di Seoul karena banyak aplikasi yang bisa diunduh untuk memudahkan pelancong menjelajah kota. Aplikasi yang bisa dimanfaatkan selama tur yaitu iTourSeoul dan Visit Korea. Visit Korea adalah aplikasi yang disediakan oleh Korean Tourism Organization (KTO) yang bisa jadi panduan bagi para wisatawan.
Kedua aplikasi itu memuat konten rekomendasi perjalanan wisata, pemesanan tiket pertunjukan dan hotel, serta informasi transportasi. Ada pula layanan seperti restoran dan stasiun terdekat dari lokasi berdasarkan GPS dan sensor gyro. Dengan bantuan aplikasi, para pelancong lebih mudah mengeksplorasi keindahan Seoul. Jadi, berkunjung ke Seoul? Kenapa tidak?