REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis (17/11) atau Jumat (18/11) pagi WIB, setelah Gubernur bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), Janet Yellen mengatakan kemungkinan bank sentral dalam waktu dekat akan menaikkan suku bunga.

"Sebuah kenaikan suku bunga bisa menjadi alternatif jika data ekonomi menunjukkan kemajuan lanjutan," kata Yellen saat berbicara di depan Komite Ekonomi Gabungan Kongres pada Kamis (17/11).

Pernyataan Yellen ini mendukung spekulasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada pertemuan Fed Desember mendatang. Di sisi ekonomi, jumlah rumah yang baru dibangun yang dimiliki secara pribadi di AS pada Oktober mencapai 1,323 juta unit.Angka tersebut meningkat 25,5 persen di atas perkiraan September yang direvisi 1,054 juta unit, dan 23,3 persen di atas tingkat Oktober 2015 di angka 1,073 juta unit.

Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, dalam pekan yang berakhir 12 November, angka pendahuluan untuk klaim awal pengangguran yang disesuaikan secara musiman mencapai 235 ribu orang, turun 19 ribu dari tingkat belum direvisi pekan sebelumnya sebesar 254 ribu orang.

Indeks Harga Konsumen untuk semua konsumen perkotaan meningkat 0,4 persen pada Oktober disesuaikan secara musiman, setara dengan konsensus pasar. Selama 12 bulan terakhir, indeks semua item naik 1,6 persen sebelum penyesuaian secara musiman.

Indeks dolar AS, yang melacak mata uang greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,47 persen menjadi 100,880 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro jatuh menjadi 1,0629 dolar AS dari 1,0670 dolar AS, dan pound Inggris merosot ke 1,2418 dolar AS dari 1,2433 dolar AS. Dolar Australia merosot menjadi 0,7412 dolar AS dari 0,7477 dolar AS.

Dolar AS dibeli 109,91 yen Jepang, lebih tinggi dari 109,35 yen di sesi sebelumnya. Dolar AS naik tipis menjadi 1,0067 franc Swiss dari 1,0039 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3494 dolar Kanada dari 1,3431 dolar Kanada.

Ikuti Whatsapp Channel Republika