Kamis 10 Nov 2016 21:47 WIB

Kebijakan Protektif Trump Tekan Indonesia

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Menteri Keuangan, Agus Martowardjojo
Foto: YOGI ARDHI/REPUBLIKA
Menteri Keuangan, Agus Martowardjojo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah mewaspadai kebijakan-kebijakan yang akan diambil Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump, pada periode awal pemerintahannya. Namun, sejumlah pemikiran yang ia sampaikan semasa kampanye, dinilai akan memberikan tekanan pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengungkapkan, pihaknya akan terus memonitor perkembangan dari implementasi kebijakan Trump dan implikasinya ke pasar dunia. Kata dia, dari sisi fiskal, ada yang harus diwaspadai dari kebijakan Trump seperti pemotongan pajak bagi korporasi dan individu yang akan memangkas penerimaan negara. Kebijakan ini masih dibarengi dengan pembangunan infrastruktur secara gencar yang dijanjikan Trump.

Agus menilai, kombinasi dari keduanya membuka ruang defisit AS semakin lebar. "Pelebaran defisit dianggap bisa memengaruhi kebijakan fiskal AS ke depan dan bisa jadi memberikan imbasnya ke ekonomi global termasuk Indonesia," katanya. Kamis (10/11).

Di sisi lain, Agus mencermati prinsip yang dipegang Trump yakni proteksionisme di mana menjadikan AS lebih protektif dalam menjalankan kebijakan ekonominya, termasuk perdagangan internasional. Di bawah Trump, AS juga akan menegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara atau NAFTA.

Selain itu, Trump juga menentang berjalannya Perjanjian Dagang Negara-Negara Tepian Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP). Kebijakan domestik yang juga dilihat BI adalah keinginan Trump agar setiap negara bagian di AS menyesuaikan upah minimum mereka.

"Negara berkembang besar akan dapat pressure. Ini (AS) akan protektif," ujar Agus di Kementerian Keuangan.

Prinsip proteksionisme yang dianut Trump akan berimbas pada kinerja ekspor Indonesia. Alasannya, pembatasan impor AS dari Cina akan berdampak pada volume Indonesia ke Cina. Perlu diingat bahwa Cina dan AS merupakan dua mitra dagang besar bagi Indonesia. Bahkan, 11 persen nilai ekspor Indonesia ditujukan ke AS.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurutnya, terpilihnya Trump membuat pemerintah Indonesia memperhatikan retorikan dari Presiden AS terpilih dari sisi ekonomi.

Sri mengungkapkan, suka tidak suka, AS merupakan pasar terbesar dunia. Hal ini membuat apapun kebijakan ekonomi AS seperti keberlanjutan TPP dan hubungan dagang antara AS dan Cina ke depan akan berimbas pada Indonesia.

Hal ini tentu berbeda dengan dinamika hubungan AS dan Meksiko ke depan di mana Indonesia, menurut Sri, barangkali tidak begitu terdampak. "Perdagangan dan investasi dilakukan di AS yang akan berpengaruh ke Cina akan  berpengaruh juga ke seluruh dunia. Karena Indonesia lebih terekspos dengan Asia," kata Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement