Kamis 10 Nov 2016 00:51 WIB

Siwab, Cara Kementan Atasi Produksi Daging Sapi

Rep: melisa riska putri/ Red: Budi Raharjo
Peternakan sapi perah (ilustrasi)
Foto: Umar Mukhtar
Peternakan sapi perah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian menggalakan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) 2017 sebagai salah satu upaya terstruktur yang dilaksanakan untuk mengoptimalkan fungsi reproduksi ternak betina. Dengan cara ini, sapi betina di tanah air akan dapat dioptimalisasi maksimal.

Berdasarkan populasi hasil Sensus Badan Pusat Statistik(BPS) 2013 dan penambahan populasi yang dihitung berdasarkan parameter teknis, populasi sapi dan kerbau di Indonesia saat ini sebanyak 15.196.154 ekor. Perinciannya, sapi potong sebanyak 13.597.154 ekor, sapi perah 472.000 ekor, serta kerbau sebanyak 1.127.000 ekor.

Dari populasi tersebut terdapat populasi betina berusia dua hingga delapan tahun sebanyak 5.918.921 ekor. Perinciannya, sapi potong sebanyak 5.622.835 ekor, sapi perah 296.086 ekor, dan kerbau 452.622 ekor.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, dari total potensi akseptor 5.918.921 ekor yang diperkirakan menjadi akseptor riil sebanyak 70 persen, sisanya adalah betina dewasa yang dalam keadaan bunting dan melahirkan. "Dari jumlah tersebut ditargetkan sebanyak 4 juta ekor dapat dibiakkan melalui inseminasi," katanya di Gedung Kementan Jakarta, Rabu (9/11).

Untuk mencapai hal tersebut, Kementan berupaya melakukan pendekatan dengan peternak. Selama ini masyarakat yang memiliki sapi betina kurang memanfaatkannya secara maksimal. Menurutnya, kebanyakan dari mereka hanya berpikir 'yang penting memiliki ternak' untuk kemudian dijual saat membutuhkan uang.

Adanya koperasi peternakan dirasa Ketut memiliki peran penting agar mereka tidak segera menjual sapi betina produktif yang dimilikinya. "Ketika petani kita tidak sadar itu (optimalisasi sapi betina), maka upaya ekspor sapi kita sulit terwujud," lanjut dia.

Ia menambahkan, target kebuntingan ternak dari inseminasi buatan minimal 75 persen atau setara dengan 3 juta ekor. Sayangnya hal tersebut terhambat dengan kondisi ternak yang kurang baik. Direktur Pakan Nasrullah mengatakan, 30 persen sapi betina bahkan mengalami gangguan reproduksi, dari angka tersebut 60 persennya diakibatkan masalah nutrisi.

Guna mengatasinya, kata dia perlu penanaman pakan berkualitas. "Secara nasional ada 13 ribu hektare yang akan kita buat," katanya. Sementara itu untuk kondisi betina yang lebih parah akan diberi pakan konsentrat. "Sebab mengkonsumsi jenis hijauan saja tidak akan cukup," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement