Rabu 09 Nov 2016 14:57 WIB

Ekonom: Trump Jadi Presiden AS, Risiko Ketidakpastian Global akan Berlanjut

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Winda Destiana Putri
Donald Trump
Foto: EPA/Peter Foley
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilihan Presiden AS yang diduga akan dimenangkan oleh kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, dinilai akan menyebabkan ketidakpastian global. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Anton Gunawan mengatakan, banyaknya masyarakat AS yang memilih Trump menunjukkan mereka menginginkan suatu perubahan, meski hal itu jelek.

Karena Trump cenderung lebih protectionist. "Tidak terlalu bisa memberikan jaminan ketenangan. Dan konflik ekonomi akan muncul di beberapa tempat karena pendekatannya lebih konfrontatif," ujar Anton saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Rabu (9/11).

Menurut Anton, dari beberapa kali debat Capres belum terlihat substansi kebijakan. Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakpastian yang lebih tinggi lagi karena hingga saat ini belum diketahui arah kepemimpinan Trump. "Masih meraba-raba, jadi uncertainty masih tinggi. Volatilitas di pasar keuangan agak lebih besar harus berjaga-jaga baik naik atau turun," katanya.

Ia memperkirakan pada Januari nanti arah kebijakan sudah terlihat dalam melakukan penyusunan anggaran. Kalau arahnya misalkan berlawanan pada perkembangan disana dan kecenderungan pertumbuhan AS lebih lambat, kata Anton, maka bank sentral AS The Fed tidak akan menaikkan suku bunga Fed Fund Rate lebih cepat. Karena harus jelas dulu seperti apa programnya baru The Fed akan merespons.

Hal ini dinilai akan menguntungkan bagi Indonesia. "Bisa saja itu fund dari luar negeri itu akan masuk ke negara seperti Indonesia," imbuhnya.

Menurut Anton, meski Hillary menang, akan tetap ada risiko ketidakpastian walaupun lebih kecil. Ketidakpastian ini yang menyebabkan beberapa negara sudah mulai mengantisipasi menjadi risiko. Sementara itu, The Fed hingga saat ini masih belum terlihat jelas kebijakannya. Meski kenaikan suku bunga FFR sudah diduga sebelumnya, namun dengan adanya ketidakpastian tersebut, data-data ekonomi AS dapat berbalik.

Pasar global pun dinilai kurang comfortable apabila Trump yang menang. Hanya beberapa instrumen yang lebih safe haven seperti emas yang akan dapat angin segar. Namun apabila disana masih ada tekanan, dan kondisinya tidak terlalu baik, akan berdampak ke mata uang global dan tidak mungkin cepat menguat. "Kalau kekhawatiran masuk safe haven termasuk treasury kalau tidak banyak yang masuk dari Eropa, penguatan dolar terhadap mata uang lain. Masih banyak ketidakpastian. Saya terus terang sukar untuk identifikasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement