Rabu 09 Nov 2016 06:13 WIB

Wall Street Naik karena Investor Berspekulasi untuk Kemenangan Clinton

Wall Street
Wall Street

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Saham-saham di bursa AS berakhir naik untuk kedua sesi berturut-turut pada Selasa (8/11) atau Rabu (9/11) pagi WIB, karena investor berspekulasi kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton akan memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat.

Wall Street melihat mantan menteri luar negeri itu sebagai kandidat status quo yang memberikan stabilitas bagi pasar, sementara kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, sikapnya tentang kebijakan luar negeri, perdagangan dan imigrasi memberikan ketidakpastian.

Data perusahaan VoteCastr, yang menyediakan informasi pemilu real-time melalui saluran-saluran berita, termasuk Slate, menunjukkan Clinton dengan memimpin di awal di antara pemilih di Florida, sebuah negara bagian yang harus dimenangkan Trump.

Beberapa investor mengatakan data VoteCastr ini mendorong harga saham lebih tinggi, meskipun banyak yang mempertanyakan keakuratannya.

Clinton memiliki peluang 90 persen mengalahkan Trump, menurut jajak pendapat akhir Reuters/Ipsos States of the Nation yang dirilis pada Senin (7/11). "Pasar berspekulasi bahwa kemenangan Clinton akan mengangkat awan ketidakpastian yang kita sudah hadapi selama dua minggu terakhir," kata Direktur perdagangan ekuitas di Wedbush Securities Michael James. 

"Kami pada dasarnya kembali ke tempat kita yang pekan lalu. Pasar sudah kelebihan jual (oversold)."

Setelah memulai sesi perdagangan dengan sedikit kerugian, indeks Dow Jones industrial average berakhir naik 0,4 persen menjadi 18.332,43 poin dan S&P 500 meningkat 0,38 persen menjadi 2.139,53 poin. Indeks komposit Nasdaq bertambah 0,53 persen menjadi 5.193,49 poin.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement