REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Jumat waktu setempat atau Sabtu (5/11) pagi WIB. Kenaikan harga emas dipicu kekhawatiran pemilu AS pada pekan depan. Hal ini mengangkat daya tarik logam sebagai aset 'safe haven".
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 1,2 dolar AS, atau 0,09 persen, menjadi menetap di 1.304,50 dolar AS per ounce. Penurunan harga emas pada awal perdagangan dengan cepat dibeli kembali, karena investor tetap cemas menjelang pemungutan suara pada Selasa (8/11).
George Cassell, spesialis senior logam di S & P Global Platts mengatakan karena calon presiden Partai Republik Donald Trump meningkat dalam jajak pendapat, daya tarik emas menguat sebagai aset safe-haven, atau lindung nilai risiko investor melalui emas.
Emas mendapat dukungan lain karena indeks dolar AS turun 0,09 persen menjadi 97,05 pada pukul 17.30 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar turun maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.
Laporan situasi lapangan kerja Oktober yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat menunjukkan tingkat pekerjaan menurun sebesar 0,1 persen menjadi 4,9 persen, dan penggajian non pertanian meningkat 161.000. Para analis juga mencatat kenaikan yang lebih baik dari perkiraan pada pendapatan rata-rata per jam yang naik 0,4 persen selama Oktober.