REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Jokowi menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas enam persen pada 2018 mendatang. Angka ini terbilang tinggi lantaran pertumbuhan ekonomi tahun ini dipatok di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar 5,2 persen.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Ina Primiana menilai, target yang dipasang pemerintah cukup berat bila kebijakan yang dilakukan tahun depan masih sama dengan saat ini. Ina menilai, perlu ada rombakan kebijakan terutama terkait kemudahan berusaha dan dukungan kepada industri kecil dan menengah untuk bisa mendorong pertumbuhan.
Ina menjelaskan, pemerintah boleh saja bertopang pada konsumsi rumah tangga untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, di balik naiknya konsumsi masyarakat harus ada daya beli yang memadai. Ina menilai, naiknya daya beli bisa didukung oleh tumbuhnya industri kecil dan menengah yang secara langsung bersentuhan dengan ekonomi masyarakat kelas menengah. Pemerintah, ujarnya, juga harus memiliki tujuan bersama untuk menumbuhkan pertumbuhan baik dari konsumsi dan investasi.
"Menurut saya berat selama belum ada target bersama. Seperti yang saya sampaikan, setiap sektor bekerja masing-masing," ujar Ina, Kamis (3/11).
Ina mengaku bahwa kondisi ekonomi global tidak jauh membaik di tahun depan. Melihat alasan ini, Ina meminta pemerintah untuk fokus menggarap pasar domestik untuk menggaet investor dalam negeri. Ada dua aspek yang menurutnya menjadi pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.
"Kita gerakkan domestik saja. Pasar domestik. Tinggal gimana gerakkan pasar domestik. Semua ingin kuasai pasar kita kok," katanya.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebutkan bahwa investasi menjadi salah satu kunci untuk mengejar pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen. Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong menyebutkan, target tersebut bisa tercapai dengan tren pertumbuhan investasi yang ada saat ini.
Sementara itu, Chief Country Officer Deutsche Bank Kunardy Lie menambahkan, tahun depan dipenuhi optimisme dari investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Menurutnya, pasar melihat ada iklim positif yang dibangun pemerintah dengan menggenjot pembangunan infrastruktur, pengendalian inflasi, dan pasar Indonesia yang terus tumbuh. Pada 2017 mendatang, Kunardy menilai bahwa pemerintah harus serius dalam menggarap proyek infrastruktur karena citra yang dibangun pemerintah akan memberi imbas kepada pasar.
"Salah satu yang cepat menarik investasi yaitu Vietnam, kita sudah benar dan kita harus menjaga momentum ini, supaya semua lancar, dalam hal infrastruktur kan lama berjalan tapi ini jangan ditunda lagi, dan kita sebagai masyarakatlah saya kan punya andil di luar untuk bisa berikan dana," katanya.