Kamis 03 Nov 2016 16:18 WIB

Industri Farmasi Nasional Kurang Berkembang

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Obat-obatan (ilustrasi).
Foto: http://unitednews.com.pk
Obat-obatan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pertumbuhan industri farmasi di dalam negeri dinilai masih kurang berkembang. Industri farmasi nasional dinilai butuh perbaikan riset dan pengembangan produk.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi di sektor farmasi tidak mengalami peningkatan yang signifikan dengan capaian Rp 8,9 triliun sepanjang Januari 2011 hingga September 2016. "Kalau melihat industri farmasi dalam periode lima tahun terakhir, sebetulnya 'so so' (biasa saja), tidak meningkat pesat. (Investasinya) ada tiap tahun, tapi nilainya tidak begitu banyak," kata Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis di Jakarta, Kamis (3/11).

Azhar Lubis mengatakan, perbaikan industri farmasi harus ditunjang dengan riset dan pengembangan yang bisa membuat bahan baku obat-obatan. Sebab mesti industri farmasi bisa berkembang, tetapi bahan dasar yang dibuat untuk menjadi obat masih banyak didatangkan dari luar negeri.

"Lebih baik RnD (research and development) itu yang sebenarnya harus kita tarik," kata Azhar.

Contoh negara yang mampu mengembangkan industri farmasi dalam RnD adalah Singapura. Di negara tersebut tidak banyak pabrik farmasi yang berdiri, tapi pengembangan produk farmasi sangat baik. Dari pengembangan tersebut, perusahaan farmasi kemudian membuat sejumlah pabrik untuk memproduksi obatnya, termasuk di Indonesia.

Indonesia, kata Azhar, tidak boleh hanya menggantungkan diri pada industri farmasi yang berkutat dengan produksi saja. Karena, nantinya masyarakat Indonesia hanya menjadi konsumen tanpa bisa menciptakan produk farmasi sendiri. Menurutnya, industri farmasi yakni produksi dan RnD harus bisa berjalan bersamaan. Semua pertumbuhan sektor ini akan memberikan dampak baik untuk Indonesia jika kedua-duanya bisa tumbuh. Jika hanya salah satu industri, perkembangan industri farmasi tetap akan sulit.

"Kan investasi tidak semua harus padat karya untuk produksi. Yang padat modal ini akan lebih pada peningkatan kualitas produk, yang high skill lah," ujarnya.

Direktur Pelayanan Kefarmasian sekaligus Plt Direktur Produksi dan Distribusi Kementerian Kesehatan Dettie Yuliati mengatakan pihaknya berharap ada peningkatan investasi di sektor hulu farmasi. Pasar farmasi Indonesia selalu meningkat. Saat ini ada 206 industri farmasi, 24 diantaranya penanaman modal asing (PMA), 4 BUMN dan 176 penanaman modal dalam negeri (PMDN). "Tapi ini masih kurang untuk 257 juta jiwa penduduk Indonesia, jauh dibanding negara lain yang sudah ribuan industri farmasinya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement