REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengakui Kartu Flazz belum menguntungkan karena selama ini proses top up tidak dikenakan biaya. Berbeda dengan sistem kartu kredit yang dikenakan fee antara 1,5 persen sampai 2 persen untuk setiap transaksi.
"Jadi memang income kita hanya floating dan itu kecil sekali yakni antara Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu untuk satu kartu," ujar Jahja di Jakarta, Rabu (2/11).
Menurut Jahja, BCA menyediakan Kartu Flazz untuk memberikan sarana dengan keuntungan yakni cash handling. Apabila masyarakat bergeser ke Kartu Flazz maka penggunaan uang kas akan berkurang sehingga terjadi efisiensi. Hal ini juga dapat mendukung program Gerakan Nasional Non Tunai, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen nontunai atau less cash society.
Menurut Jahja, mekanisme Kartu Flazz sama halnya dengan penyediaan ATM. Biaya-biaya administrasi di ATM hanya hanya untuk menutup maintenance. Tapi dengan ATM dapat mengurangi loading di cabang -cabang. "Manfaatnya di situ, jadi enggak bisa dilihat produk itu sendiri menguntungkan atau tidak," kata Jahja.
Jahja mengatakan, BCA sudah melakukan kerja sama co-branding Kartu Flazz dengan sekitar 70 issuer dan enam bank. Ke depan, BCA akan terus mengeluarkan co-branding dengan bank-bank lain.