Selasa 01 Nov 2016 19:49 WIB

Kenaikan Harga Gas Melon Sumbang Inflasi Yogya

Rep: Yulianingsih/ Red: Friska Yolanda
Pekerja membawa tabung gas elpiji tiga kilogram (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja membawa tabung gas elpiji tiga kilogram (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Inflasi Kota Yogyakarta pada Oktober 2016 mencapai 0,05 persen. Angka ini naik signifikan dari posisi September yang mengalami deflasi 0,16 persen. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Kota Yogyakarta pada Oktober tersebut disebabkan oleh naiknya harga sejumlah komoditas, antara lain kenaikan harga gas 3 kilogram (kg) atau gas melon. 

Kepala BPS Yogyakarta Bambang Kristianto mengatakan kenaikan harga lima kelompok pengeluaran di Yogyakarta mempengaruhi laju inflasi bulan lalu. Kelima kelompok pengeluaran ini adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik 0,50 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar naik 0,48 persen, kelompok kesehatan naik 0,49 persen. Berikutnya, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,47 persen dan kelompok komunikasi dan jasa keuangan nail 0,18 persen. 

Sedangkan, dua kelompok pengeluaran mengalami penurunan harga sehingga menghambat laju inflasi, yaitu kelompok bahan makanan 1,31 persen dan kelompok sandang 0,30 persen. "Komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan dan mempengaruhi laju inflasi adalah kenaikan tarif listrik, gas, cabai merah dan biaya pendidikan di perguruan tinggi," ujarnya, Selasa (1/11).

Kenaikan tarif listrik 2,08 persen memberikan andil pada laju inflasi sebesar 0,09 persen, kenaikan harga cabai merah 31,65 persen memberikan andil 0,05 persen dan kenaikan harga sepeda motor 1,77 persen memberikan andil 0,04 persen. Sedangkan, gas melon atau kelompok bahan bakar keluarga memberikan andil 0,01 persen pada laju inflasi. "Di beberapa daerah mengalami kesulitas gas melon, karena konsumsi memang naik," kata Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement