Senin 31 Oct 2016 14:05 WIB

Elpiji 3 Kg Masih Digunakan Hotel di Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Nur Aini
Proses bongkar muat Elpiji 3 kg di salah satu agen.
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Proses bongkar muat Elpiji 3 kg di salah satu agen.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN — Dugaan masih ada elpiji bersubsidi dinikmati oleh kelompok masyarakat yang tidak berhak, rupanya bukan isapan jempol. Hal ini diakui oleh pihak Pertamina Marketing Operation Regional (MOR) IV/ Jawa Tengah- DIY.

Seharusnya elpiji bersubsidi isi 3 kilogram ini diperuntukkan bagi rumah tangga. Di lapangan pengguna gas, yang populer dengan istilah tabung melon, ini justru masih dilakukan sejumlah bidang usaha komersial.

“Pernah ada temuan, elpiji bersubsidi ini digunakan oleh tempat usaha hotel dan restoran, yang semestinya bukan peruntukannya,” kata Officer Communication and Relation Pertamina MOR IV, Didi Andrian Indra, Senin (31/10).

Temuan ini, kata dia, pernah dilaporkan dari kawasan wisata Bandungan, Kabupaten Semarang. Ada hotel yang kedapatan menyetok elpiji bersubsidi. Meski bukan digunakan sebagai fasilitas utama untuk memasak, namun penyimpanan gas oleh pelaku industri besar itu dapat mengganggu ketersediaan bagi masyarakat miskin dan usaha kecil. “Ini tidak dibenarkan karena stok bagi konsumen rumah tangga bisa berkurang,” ujarnya.

Soal pemanfaatan elpiji ini, juga menjadi bagian dari perilaku pemanfaatan energi yang tidak bijak oleh sebagian masyarakat. Sehingga dikhawatirkan bisa menyulut persoalan khususnya terkait dengan ketersediaan gas besubsidi untuk masyarakat.

Terkait dengan distribusi LPG bersubsidi, Didi mengakui Pertamina MOR IV hanya sebagai operator. “Sehingga tak memiliki kewenangan untuk bisa menindak manajemen hotel dan restoran yang masih menggunakan LPG bersubsidi tersebut,” tambahnya.

Menanggapi hal ini, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Semarang, Sumardi membantah, anggotanya masih ada yang menggunakan elpiji bersubsidi. Sebab, selama ini PHRI telah mengimbau kepada para pengelola hotel dan restoran di Kabupaten Semarang untuk menggunakan elpiji nonsubsidi, dalam hal ini tabung 12 kilogram. Sebab meski tidak bersubsidi, harga gas ukuran ini dianggap masih terjangkau.

Bahkan tak sedikit anggota PHRI Kabupaten Semarang yang telah menggunakan gas ukuran 50 kilogram. Namun sebagian hotel atau restoran juga ada yang mengunakan gas ukuran 12 kilogram.

"Kalau yang 50 kilogram sekali isi ulang memang cukup berat belanjanya, tapi kalau yang 12 kg saya kira cukup terjangkau," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement