Ahad 30 Oct 2016 20:09 WIB

Variasi Pangan Perlu Ditingkatkan

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Friska Yolanda
Warga memanen kentang di sebuah lahan pertanian di Desa kutayonggal, Karo, Sumatera Utara, Jumat (5/6).(Antara Foto/Zabur Karuru)
Foto: Antara Foto/Zabur Karuru
Warga memanen kentang di sebuah lahan pertanian di Desa kutayonggal, Karo, Sumatera Utara, Jumat (5/6).(Antara Foto/Zabur Karuru)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi masyarakat yang terus berkembang membuat komoditas pangan yang dibutuhkan juga semakin bervariasi. Masyarakat kini tidak hanya bergantung pada produk seperti nasi, daging sapi dan komoditas utama lainnya. 

Peralihan konsumsi ini harus diperhatikan secara baik oleh pemerintah. Agar, masyarakat masih bisa mendapatkan asupan pangan sesuai dengan keinginannya.

Peneliti Fungsional Direktorat Pangan dan Pertanian Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) Noor Advianto mengatakan, ‎struktur pendudukan akan berubah setiap tahun. Hal ini juga membuat perubahan pada pola konsumsi.

Salah satunya dalam asupan karbohidrat dari nasi. Banyak masyarakat mulai beralih dari konsumsi nasi ke komoditas karbohidrat lainnya seperti kentang dan umbi-umbian. Bahkan, banyak masyarakat mulai lebih banyak makan sayur dan buah ketimbang nasi.

"Ini bisa membuat konsumsi beras kita menurun. Sebab, keberagaman kebutuhan masyarakat semakin nyata," kata Noor‎ dalam diskusi 'Memajukan Pertanian Berkelanjutan Untuk Mewujudkan Hak Atas Pangan, Ahad (30/10).‎

Melihat perkembangan ini, pemerintah sudah selayaknya bisa mempersiapkan langkah apa yang harus dilakukan dalam jangka waktu dekat. Jangan sampai pemerintah justru terus mengembangkan produksi komoditas pangan yang nantinya malah banyak tidak terkonsumsi oleh masyarakat.

"‎Permintaan komoditas baru makin banyak. Kalau kita tidak bisa mengikuti permintaan pangan ini, maka kedaulatan pangan tetap sulit tercapai. Pasar kita yang besar bisa-bisa dikuasai produsen lain," ujarnya.

Pemerintah saat ini memiliki kebijakan jangka menengah dalam menjaga komoditas padi, gula, jagung/kedelai, dan daging sapi. Pemerintah berupaya hingga 2019 akan ada cetak sawah baru seluas satu juta hektare, khususnya di luar pulau Jawa. Selain itu diharap akan ada peningkatan produktivitas dari saat ini 5,3 ton per hektare (2015) menjadi 5,5 ton per hektare (2019). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement