REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Harga cabai secara rata-rata di Provinsi Jawa Timur pada Kamis (27/10) mencapai Rp 48 ribu per kilogram. Kondisi cuaca yang buruk diperkirakan menjadi penyebab tingginya harga cabai.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), harga cabai keriting naik 2,5 persen menjadi Rp 48 ribu per kilogram dibandingkan Rabu (26/10) sebesar Rp 46.811 per kilogram. Sedangkan harga cabai biasa naik 2,6 persen menjadi Rp 48.847 per kilogram dari hari sebelumnya Rp 47.608 per kilogram.
Sementara harga cabai rawit justru turun 0,99 persen dari Rp 34.930 per kilogram menjadi Rp 34.584 per kilogram. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Muhammad Ardi, menyatakan telah berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Jatim terkait dengan kenaikan harga cabai dan komoditas lainnya.
Menurutnya, pada intinya harga komoditas cabai, bawang merah, dan sayur-mayur fluktuasinya tinggi tergantung cuaca. "Saat ini hujan terus terjadi, tapi sebenarnya tidak sampai mengancam terlalu jauh, kecuali kalau ada badai. Ini kan enggak ada," ujarnya kepada Republika seusai menghadiri pameran perhiasan di hotel Shangri-La Surabaya.
Menurutnya, untuk menjaga agar harga cabai tidak semakin melambung, diperlukan pengaturan dan penataan panen. Ia menyebutkan daerah yang tengah panen cabai seperti Kabupaten Malang dan Kediri. Ia mengklaim pasokan cabai di pasar masih cukup, namun sedikit terlambat sehingga harganya naik.
Di Kabupaten Malang, harga rata-rata per kilogram cabai keriting sebesar Rp 46.800, cabai biasa Rp 47.200, dan cabai rawit Rp 36.600. Sedangkan di Kabupaten Kediri harga rata-rata per kilogramnya lebih tinggi, mencapai Rp 55.333 untuk cabai keriting, Rp 55.333 untuk cabai biasa, dan Rp 35.333 untuk cabai rawit.
"Sebenarnya hujan dan cuaca tidak mengganggu siginifikan terhadap produksi. Dinas Pertanian menyampaikan tidak ada masalah kecukupan pasokan. Tapi Rp 48 ribu tinggi sekali. Harapannya tidak sampai sepekan harganya turun lagi," imbuhnya.
Ardi menambahkan, tahun ini Pemprov Jatim menganggarkan dana senilai Rp 500 juta untuk pengadaan 10 unit layar televisi. Layar ini akan dipasang di 10 pasar yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto. Layar ini nantinya berisi informasi terkait harga bahan kebutuhan pokok di pasar tersebut.
Sehingga para pedagang maupun penjual di pasar mengetahui perkembangan harga terkini. "Anggaran per televisi Rp 50 juta. Termasuk instalasinya, pemasangan dan asuransi. Saat ini kami masih koordinasi dengan pengelola pasar," jelas Ardi.