REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan perekonomian dunia dan anjloknya harga komoditas ekspor tampaknya memberikan dampak serius terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya bertengger di 5 persen hingga akhir tahun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, kondisi ini memaksa pemerintah mensubtitusi peran investasi ke pembangunan infrastruktur dengan memanfaatkan peran APBN. Pembangunan infrastruktur ini belum akan terasa dalam waktu dekat melainkan 5 tahun ke depan.
"Itu merupakan satu upaya menyelesaikan dua hal: meng-counter cyclical pelemahan karena siklusnya melemah karena faktor-faktor pertumbuhan melemahan. Kedua, investasi infrastruktur bisa menjadi fondasi bagi pertumbuhan tahun-tahun selanjutnya. Karena dia menyelesaikan bottleneck, produktivitas dan kesenjangan. Dampaknya tidak hanya hari ini, akan terlihat 5 tahun ke depan," kata Sri Mulyani.
Catatan Kemenkeu, pengeluaran negara dari APBN untuk pembangunan infrastruktur naik pesat dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Porsi pembangunan infrastruktur naik dari Rp 177,9 triliun pada 2015 menjadi Rp 317,1 triliun tahun ini. Menurutnya, strategi yang dilakukan pemerintah dengan salah satunya memindahkan subsidi ke pembangunan infarstruktur memiliki efek jangka panjang.
Artinya, meski sekarang masyarakat hanya merasakan dari sisi pengurangan subsidi, namun dampak pembangunan seperti terbukanya lapangan kerja dan pemerataan ekonomi bisa dirasakan dalam lima tahun ke depan. "Dalam situasi seperti ini tentu pertumbuhan ekonomi yang berasal dari investasi harus disubstitusi dari sektor lain," ujar Sri.