REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan perekonomian dunia dan anjloknya harga komoditas ekspor dinilai memberikan dampak serius terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan hanya bertengger di lima persen hingga akhir tahun. Karena itu, pemerintah akan
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, imbas dari lesunya pertumbuhan ekonomi dunia, banyak lembaga keuangan bank yang kemudian harus melakukan konsolidasi dari sisi ekspansi kredit karena permintaan, terutama dari sektor-sektor yang sebelumnya alami "booming" justru kini mengalami penurunan. Lembaga keuangan, ujarnya, cukup banyak yang menurunkan eksposur utangnya dari sisi korporasi.
"Dalam situasi seperti ini tentu pertumbuhan ekonomi yang berasal dari investasi harus disubstitusi dari sektor lain. Maka, bagaimana peran APBN bisa menggantikan dan mendorong pada satu ekonomi mengalami pelemahan dari sektor lain. Ini yang merupakan tema dari sisi belanja fiskal," ujar Sri dalam paparan kinerja dua tahun Jokowi-JK di Kantor Staf Presiden, Selasa (25/10).
Catatan Kemenkeu, pengeluaran negara dari APBN untuk pembangunan infrastruktur naik pesat dalam kurun waktu dua tahun belakangan. Porsi pembangunan infrastruktur naik dari Rp 177,9 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 317,1 triliun tahun ini. Menurutnya, strategi yang dilakukan pemerintah dengan salah satunya memindahkan subsidi ke pembangunan infarstruktur memiliki efek jangka panjang. Artinya, meski sekarang masyarakat hanya merasakan dari sisi pengurangan subsidi, namun dampak pembangunan seperti terbukanya lapangan kerja dan pemerataan ekonomi bisa dirasakan dalam lima tahun ke depan.
Baca juga: Belanja Pemerintah akan Topang Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen