REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Departemen Regional II Bank Indonesia (BI) Dwi Pranoto mengatakan, untuk meningkatkan pangsa pasar industri keuangan maka harus membangun kesiapan sumber daya insani yang kuat. Selain itu, awareness dan komitmen masyarakat juga harus ditingkatkan.
"Mungkin orang sudah mengerti konsep perbankan syariah, tapi ketika mau menabung sebagian besar masih memilih bank konvensional. Jadi awareness dan komitmen ini sangat penting," ujar Dwi di Jakarta, Senin (24/10).
Selain itu, perlu membangun bisnis-bisnis model baru untuk menjawab tantangan keuangan syariah. Dwi mengakui bahwa instrumen di perbankan syariah masih terbatas, sehingga BI terus berupaya untuk menciptakan model-model instrumen keuangan syariah yang baru. Misalnya saja, akhir Oktober 2016 BI akan meluncurkan model sukuk berbasis wakaf dalam ajang ISEF di Surabaya.
Menurut Dwi, potensi dan ruang untuk menciptakan instrumen kombinasi yang baru di keuangan syariah sangat besar. Misalnya saja dengan memanfaatkan potensi dari dana infaq, zakat, dan juga dana haji. Selain itu, tata kelola dan kelembagaann bank maupun non bank syariah juga harus digarap dengan baik.
"Hal terakhir yakni yang terkait dengan dukungan kebijakan pemerintah pusat, daerah, dan otoritas. BI mendorong pengembangan forum ekonomi dan keuangan syariah di daerah-daerah," kata Dwi.