REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Johnny Darmawan, mengatakan alumni sekolah menengah kejuruan (SMK), paling banyak menjadi pengangguran. Ia menyarankan adanya perbaikan sistem pendidikan kejuruan agar para alumni dapat terserap lebih merata sesuai kebutuhan dunia industri.
Berdasarkan pendataan pada 2013-2015 oleh BPS, terecatat ada 122,38 juta angkatan kerja di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 114,82 juta orang berstatus memiliki pekerjaan. Sisanya, yakni sebanyak 7,56 juta orang berstatus pengangguran.
Dari jumlah itu, pengangguran dari almuni SMK paling banyak, yakni mencapai 12,65 persen, berbeda tipis dengan alumni SMA yang menganggur, yakni sebanyak 10,32 persen. Sementara itu, alumni sekolah dasar (SD) ke bawah yang menjadi pengangguran hanya sekitar 2,74 persen.
"Yang kami kritisi adalah mengapa justru alumni sekolah kejuruan dan SMA justru lebih banyak yang menganggur?" ujar Johnny usai diskusi bertajuk 'Revitalisasi Kebijakan Pendidikan Menengah untuk Membangun SDM Indonesia yang Kompetitif' di Gedung Menara Kadin, Jakarta, Kamis (20/10).
Padahal, lanjut dia, semestinya para alumni SD dan SMP yang lebih berpeluang menjadi pengangguran. Sebab, selain dibekali ilmu yang lebih lengkap, para aluni SMK telah dibekali keterampilan sesuai jurusan masing-masing. Karena itu, pihaknya menduga ada indikasi ketidakseimbangan antara output pendidikan menengah kejuruan dengan kebutuhan dunia industri.
"Dunia industri pada dasarnya membutuhkan alumni yang siap bekerja sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan. Jika memang ada ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dengan kemampuan alumni sekolah kejuruan, maka harus ada pembenahan oleh pemerintah dan kalangan pendidikan sesuai dengan masukan dari pihak industri," tegasnya.
Pihaknya pun menyarankan ada lebih banyak program pembelajaran di SMK yang mendasarkan kepada kebutuhan prioritas industri. Menurutnya, ada 12 sektor yang saat ini sedang diprioritaskan pemerintah, yakni kesehatan, pariwisata, jasa logistik, jasa online ICT, penerbangan, produk berbasis agro, produk karet, perikanan, produk kayu, otomotif, elektronika, dan tekstil.
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Mustaghfirin Amin, mengakui tingginya jumlah pengangguran dari kalangan alumni SMK. Namun, pihaknya menampik jika angka pengangguran SMK bersifat statis.
Sebab, katanya, survei terkait angka pengangguran SMK harus dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu tertentu. Dengan begitu, sudah dapat diukur secara objektif proporsi alumni SMK yang telah bekerja, akan bekerja dan belum bekerja.
Untuk mengurangi jumlah alumni SMK yang masih menganggur, pihaknya melakukan program retooling alumni SMK. Program ini dilakukan dengan memberikan materi kembali kepada alumni SMK yang belum bekerja.
Para alumni tersebut kembali diberi pelatihan berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan sektor industri. "Teknisnya,para alumni kembali dipanggil oleh sekolah, diberi pekatihan dan praktik. Setelah itu mereka diharapkan lebih siap memasuki dunia kerja. Tahun ini rencananya ada 502 ribu alumni yang menjadi sasaran retooling," jelas Mustaghfirin kepada Republika.
Program retooling dengan sasaran 502 ribu alumni SMK rencananya akan dilakukan setiap tahun. Lewat program ini, Kemendikbud berharap kompetensi para alumni SMK lebih aplikatif bagi dunia industri.