Kamis 20 Oct 2016 02:32 WIB

Lebih Rendah dari Malaysia dan Thailand, Performa Logistik Nasional Loyo

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Budi Raharjo
Presiden Joko Widodo meninjau Pusat Logistik Berikat (PLB) di Kawasan Industri Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara, Kamis (9/3). (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Presiden Joko Widodo meninjau Pusat Logistik Berikat (PLB) di Kawasan Industri Krida Bahari, Cakung, Jakarta Utara, Kamis (9/3). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kinerja logistik nasional masih belum memuaskan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, hasil survei Bank Dunia atas logistic performance index menunjukkan Indonesia masih kalah dibanding negara-negara di Asia Tenggara.

Indonesia menduduki peringkat ke-63 untuk indeks performa logistik nasional, lebih rendah dibanding Singapura di posisi kelima, Malaysia posisi ke-32, dan Thailand di posisi ke-45.

Sri menjelaskan, penilaian ini melihat lima aspek yakni ketersediaan infrastruktur, kepabeanan dan cukai, kualitas logistik dan konten, fasilitas pelacakan produk, dan pengapalan produk internasional. Indonesia dianggap masih kurang untuk dua komponen penilaian yakni infrastruktur logistik yang minim dan proses kepabeanan serta ketentuan niaga ekspor impor yang masih perlu diperbaiki.

Pemerintah, lanjut Sri, menyiapkan instrumen fiskal untuk mendukung Indonesia sebagai hub logistik di Asia Pasifik termasuk dengan cara memperbaiki produktivitas, daya saing, dan efisiensi dalam proses logistik. Ia menjelaskan bahwa dalam mewujudkan perbaikan sistem logistik nasional, pemerintah menentukan sejumlah lokasi untuk mendirikan pusat logistik berikat (PLB), di samping juga menyempurnakan pelayanan di pusat logistik yang sudah ada.

Perbaikan pusat logistik ini, lanjutnya, mengacu pada perbaikan infrastruktur, dan penggunaan dana dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta untuk membangun PLB. Data dari Frost & Sullivan menyebutkan, industri logistik Indonesia diperkirakan akan berkembang 15,4 persen lebih tinggi pada 2020.

Sri menilai, hal yang mendorong pertumbuhan logistik di Indonesia termasuk dari sektor konektivitas perdagangan maritim yang semakin membaik dikarenakan lokasi geografis yang dimiliki. Kementerian Keuangan mencatat, hingga saat ini sudah ada 14 PLB yang melayani berbagai sektor seperti minyak dan gas bumi, pertambangan, perawatan pesawat terbang, otomotif, dan farmasi. Sementara 25 PLB lagi direncanakan akan dibangun dalam lima tahun ke depan.

"Tumbuhnya sentra-sentra industri dan logistik di seluruh Indonesia, jadi akan menciptakan pemakaian infrastruktur yang dibangun. Kami tidak ingin infrastruktur yang tidak tergunakan karena tidak ada aktivitas ekonomi di sekitarnya. Faktor ketiga transportasi mencukupi dan sarana logistik. Keempat air service rutin dan terjangkau, kelima inland access," jelas Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement