REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga bahan bakar minyak (BBM) di Papua dan Papua Barat kini sudah sama dengan di Pulau Jawa. Masyarakat Papua dan Papua Barat bisa menikmati harga BBM yang murah setelah diresmikanya kebijakan BBM Satu Harga oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Papua, Selasa (18/10).
Jokowi mengatakan, selama ini ada ketidakadilan karena harga BBM di Papua jauh lebih tinggi dari daerah di Indonesia bagian barat dan tengah.
"Harga sekarang Rp 6.450 rupiah per liter (di Papua). Sudah berpuluh-puluh tahun di Papua harganya dari Rp 50 ribu per liter, ada yang Rp 60 ribu per liter, sampai Rp 100 ribu. Bayangkan," kata Jokowi berdasarkan siaran pers Biro Pers Istana Kepresidenan, Selasa (18/10).
Ia mengatakan masyarakat di Papua dan Papua Barat selama ini seolah sudah pasrah dengan mahalnya harga BBM. Berbeda dengan di Pulau Jawa yang apabila ada kenaikan sebesar Rp 1000 saja langsung banyak yang protes.
Meski begitu, tegasnya, pemerintah tidak berdiam diri dengan kondisi tersebut. Kebijakan BBM satu harga dibuat untuk menciptakan kesetaraan.
"Di sini harga Rp 60 ribu per liter atau Rp 100 ribu seratus ribu per liter bertahun-tahun juga rakyat diam," ucapnya.
Jokowi sejak beberapa waktu lalu telah memberikan tugas kepada Menteri BUMN Rini Soemarno dan Pertamina untuk segera mewujudkan BBM satu harga di Papua dan Papua Barat. Sebab, dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan perekonomian Papua akan semakin tumbuh.
"Karena jelas biaya transportasi akan lebih murah, biaya logistik akan lebih murah, sehingga harga juga akan bisa diturunkan. Ini memang step by step, tahapan demi tahapan," jelasnya.
Sarana infrastruktur transportasi yang belum memadai di daerah Papua memang memberikan tantangan tersendiri. Terlebih medan dan kondisi daerah setempat yang dikenal berat turut memperparah hal tersebut. Tak ayal, harga-harga komoditas dan juga BBM pun merangkak naik jauh dari harga normal.
Namun, pemerintah tak berdiam diri. Untuk mengatasi kelangkaan infrastruktur transportasi di wilayah Papua, Pertamina telah menyiapkan dua buah pesawat pengangkut BBM untuk mempermudah distribusi BBM di Papua.
"Oleh sebab itu kita membeli Air Tractor (pesawat pengangkut BBM) ini. Kita sekarang baru punya dua, nantinya tambah lagi tiga menjadi lima. Untuk di Papua dan Kalimantan Utara," ujarnya.
Pesawat pengangkut BBM tersebut memiliki kapasitas sebesar empat ribu liter. Adapun pengoperasian pesawat tersebut ke daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau akan dikelola oleh anak usaha Pertamina, yakni PT. Pelita Air Service.
Selain pengadaan pesawat penyalur BBM, Pertamina juga mengembangkan sembilan lembaga penyalur baru atau APMS (Agen Penyalur Minyak dan Solar). APMS tersebut disebar di delapan kabupaten, yakni tujuh kabupaten di Provinsi Papua dan satu kabupaten di Papua Barat yang sudah berjalan sejak Agustus hingga Oktober lalu.
Dirut Pertamina Dwi Soetjipto bersyukur karena program BBM Satu Harga dapat terlaksana. Dia menegaskan, dengan program ini, maka jual premium di Papua dan Papua Barat Rp 6.450 per liter dan solar Rp 5.150 per liter.
"Harga tersebut tidak hanya di SPBU, tapi juga di titik serah terima yang lebih rendah seperti di tingkat penyalur atau APMS," katanya.