REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Ekonomi dan Keuangan Ecky Awal Mucharam menilai perlambatan dunia usaha berdampak pada makin menjauhnya pencapaian target pertumbuhan ekonomi. Hasil survei kegiatan dunia usaha yang menurun menjadi tantangan serius bagi pemerintah.
"Ini menjadi sinyal serius bahwa kondisi ekonomi masih menyimpan banyak persoalan mendasar sehingga belum akan tumbuh signifikan," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (18/10).
Menurut dia, target pertumbuhan ekonomi 2016 yang ditargetkan 5,2 persen menjadi sulit dicapai. Pemerintah perlu mengevaluasi efektivitas paket-paket kebijakan yang ada dan memformulasi kembali terobosan kebijakan ekonomi baru yang lebih manjur. Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan hasil survei kegiatan dunia usaha pada kuartal III 2016 tidak setinggi kuartal sebelumnya. Penurunan pertumbuhan tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) yaitu perkalian antara saldo bersih dan bobot masing-masing sektor ekonomi, sebesar 13,20 persen. Presentase itu lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II 2016 sebesar 18,40 persen. Menurut BI, penurunan pertumbuhan tersebut sesuai dengan pola historis setelah ada momen Ramadhan dan Idul Fitri.
Ecky mengatakan kegiatan dunia usaha yang cenderung melambat dalam enam bulan terakhir tentu akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi pada semester ke-2 2016. Ini menjadi tantangan yang jauh lebih serius. "Kredibilitas kabinet ekonomi sedang diuji. Apakah mampu mendongkrak atau hanya pasrah dengan siklus. Koordinasi tim ekonomi juga harus diperkuat," kata dia.
Berdasarkan survei, kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal III 2016 terindikasi tumbuh melambat dengan SBT sebesar 1,09 persen atau lebih rendah dari kuartal sebelumnya sebesar 3,41 persen. Indeks manufaktur juga diketahui mengalami kontraksi menjadi 48,74 persen turun dari kuartal sebelumnya sebesar 52,38 persen berdasarkan nilai prompt manufacturing index (PMI). Kontraksi PMI sektor industri pengolahan disebabkan oleh kontraksi pada hampir seluruh komponen, terutama indeks volume pesanan dan indeks jumlah tenaga kerja yang tercatat masing-masing sebesar 47,01 persen.