REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Presiden Joko Widodo menyatakan pencurian ikan merupakan kejahatan transnasional yang memiliki dampak luar biasa. Dampak tersebut dirasakan tidak hanya terbatas pada industri perikanan saja, namun juga mencakup permasalahan lingkungan.
Jokowi mengatakan, laut adalah sumber pendapatan bagi 520 juta penduduk dunia dan sumber pangan bagi 2,6 miliar orang. "Praktik illegal fishing telah mengurangi stok ikan dunia sebesar 90,1 persen," kata Jokowi saat membuka Simposium Kejahatan Perikanan Internasional di Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, Senin (10/10).
Jokowi mengungkapkan, kegiatan pencurian ikan juga memiliki kaitan erat dengan kejahatan lain seperti penyelundupan barang dan manusia, peredaran narkoba, dan pelanggaran terhadap peraturan perlindungan alam. Menurutnya, kejahatan telah berkembang menjadi kejahatan transnasional yang serius dan terorganisasi. "Karena itu sangatlah penting bagi kita untuk memerangi kejahatan transnasional yang terorganisasi tersebut dengan kolaborasi global," ujarnya.
Berdasarkan data yang Food and Agriculture Organization (FAO), pada 2014 Indonesia berada di peringkat kedua sebagai produsen ikan laut terbesar di dunia dengan jumlah tangkapan mencapai enam juta ton atau setara dengan 6,8 persen total produksi dunia untuk ikan laut. Jokowi menilai data tersebut masih berada di bawah potensi maksimal Indonesia. Pencurian ikan yang terjadi di lautan Indonesia merupakan faktor utama penghambat potensi tersebut.
"Illegal fishing telah mengakibatkan kerugian ekonomi Indonesia sebesar 20 miliar dolar AS per tahun. Termasuk mengancam 65 persen terumbu karang kita," ujar Jokowi.