REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asisten Direktur Departemen Ekonomi Moneter Bank Indonesia (BI) Handri Adiwilaga mengatakan saat ini soal pengendalian inflasi pangan masih menjadi tantangan di Indonesia.
"Tantangan pengendalian inflasi pangan itu meliputi tata niaga pangan, pengelolaan distribusi, cadangan dan pasokan pangan," ujarnya saat temu wartawan daerah BI di Jakarta, Senin (10/10).
Dengan tantangan yang ada, kata Handri, risiko inflasi dari gejolak harga pangan perlu diwaspadai. "Prognosa produksi mengindikasikan defisit neraca bulanan beras, contohnya pada Oktober hingga Desember, seiring masuknya musim paceklik," tuturnya.
Selain itu ia menambahkan ada beberapa harga komoditas pangan utama lainnya seperti bawang merah diperkirakan juga meningkat hingga akhir tahun. "La Nina ini yang berdampak negatif terhadap produksi pangan," ujarnya.
Sementara itu untuk karakteristik inflasi di Indonesia secara umum banyak dipengaruhi kejutan terutama gangguan pasokan dan distribusi pangan dan kebijakan strategis dari pemerintah. "Untuk inflasi antara daerah juga menunjukan perbedaan seiring dengan perbedaan kualitas infrastruktur logistik, kemampuan produksi lokal, kebijakan administrasi harga dan struktur pasar di daerah," kata dia.
BI memprediksikan inflasi tahun 2016 akan berada pada batas bawah dari rentang 4 plus minus 1 persen.