REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi pada Kamis (6/10) atau Jumat (7/10) pagi WIB, setelah data resmi menunjukkan penurunan mengejutkan dalam persediaan mingguan minyak mentah Amerika Serikat (AS).
Patokan harga di pasar AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November menambahkan 61 sen menjadi menetap di 50,44 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan harga Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember, naik 65 sen menjadi ditutup pada 52,51 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pada sesi sebelumnya, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan dalam laporan mingguannya bahwa persediaan minyak mentah AS turun tiga juta barel menjadi total 499,7 barel dalam pekan yang berakhir 30 September, merupakan penurunan mingguan kelima berturut-turut.
(Baca: Menyulap Potensi Bencana Ring of Fire Menjadi Energi Masa Depan)
Para analis yang disurvei oleh S&P Global Platts telah diperkirakan kenaikan dua juta barel dalam stok minyak mentah AS untuk pekan tersebut. Harga minyak telah maju lebih dari 10 persen sejak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mencapai kesepakatan pada Rabu (28/9) lalu untuk memangkas produksi minyak mentah untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Menteri-menteri minyak anggota OPEC diharapkan akan menuntaskan rincian akhir dari kesepakatan pada pertemuan organisasi mereka di Wina pada 30 November. Kenaikan harga minyak juga didukung rencana pertemuan anggota OPEC dam Rusia.
Menteri Energi dari Arab Saudi, Iran dan Irak akan berada di antara perwakilan dari OPEC dalam pertemuan dengan pejabat Rusia untuk melakukan pembicaraan informal tentang produksi minyak di Istanbul pekan depan, sumber OPEC dan menteri energi Rusia mengatakan kepada Reuters, Kamis (6/10).
Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan pada Kamis (6/10) bahwa ia berencana untuk bertemu Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo di Istanbul, kantor berita RIA melaporkan, menambahkan bahwa ia berencana untuk membahas kesepakatan produksi OPEC dengan menteri dari negara-negara penghasil minyak lainnya.
Menteri-menteri energi lainnya akan hadir di ibu kota Turki yang menjadi tuan rumah Kongres Energi Dunia, termasuk dari Uni Emirat Arab, Aljazair, Venezuela dan Qatar, yang memegang jabatan presiden OPEC.