Rabu 05 Oct 2016 17:37 WIB

Vietnam Pernah Belajar Kopi dari Indonesia

Rep: Qommaria Rostanti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja memasak kopi jenis robusta secara tradisional di salah satu tempat produksi pengolahan bubuk kopi di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (17/2)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Pekerja memasak kopi jenis robusta secara tradisional di salah satu tempat produksi pengolahan bubuk kopi di Desa Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, Aceh, Rabu (17/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vietnam menempati urutan kedua sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia. Saat ini Vietnam mampu memproduksi biji kopi hingga 3 ton per hektare.

Di urutan pertama ada Brasil dengan 4 ton per hektare, sedangkan Indonesia bertengger di posisi tiga dengan 600 kilogram per hektare.

Dari segi produktivitas, Vietnam mampu mengalahkan Indonesia. Namun tahukah Anda, Vietnam justru belajar tentang perkopian dari Indonesia.

Ahli kopi Tri Yuli Kurniasih mengatakan pada 1986, kopi Vietnam belum cukup diperhitungkan. Produktivitas Vietnam saat itu hanya menempati urutan 10 ke bawah. Empat posisi teratas ditempati Brasil, Kolombia, Indonesia, dan India.

Ketika itu, Vietnam memutuskan belajar kopi dari Indonesia. "Orang Indonesia senang didatangi orang asing, 'dapur' mereka diblusuki. Orang Indonesia juga dengan senang hati mengajak Vietnam ke daerah mayoritas penghasil kopi robusta di Lampung," ujar Yuli di Gedung SMeSCO, Jakarta, Rabu (5/10).

Seolah belum puas mempelajari kopi di Indonesia, pada 1984 perwakilan Vietnam kembali datang. Indonesia pun masih dengan senang hati mengantarkan mereka ke Lampung. "Pulang dari sana, baru sadar kalau kita kecolongan. Akhirnya Vietnam melaju dengan produknya," kata dia.

Menurut Yuli, banyak faktor yang membuat produksi kopi Indonesia kalah dari Vietnam. Salah satunya karena Vietnam merupakan negara sosialis yang baru terlepas dari serangan Amerika Serikat.

Hal tersebut mendorong mereka meningkatkan perekonomian, termasuk memproduksi kopi sebanyak-banyaknya. Mereka juga menggunakan metode fertilisasi terhadap tanahnya. Metode ini, kata Yuli, cukup bahaya mengingat tanah mempunyai keterbatasan kemampuan menerima pupuk.  "Kita tidak bisa melakukan itu di Indonesia karena tanahnya sudah subur, kalau dipaksakan malah bisa rusak," ujarnya.

Sementara itu, jika melihat produksi kopi di Brasil, petani kopi mereka menggunakan mesin saat memanen. Berbeda dengan di Indonesia yang masih mengandalkan tangan telanjang. Yuli menyebut, pemakaian mesin di Brazil sangat memungkinkan karena perkebunan kopi di sana berada di lahan datar.

Sementara kebun kopi di Indonesia biasanya berada di perbukitan yang menyulitkan penggunaan mesin. Meski begitu, Indonesia memiliki keuntungan dibanding Vietnam dan Brasil. Pasalnya mutu kopi di Indonesia jauh lebih baik. "Kopi mereka komersial, sedangkan kopi kita spesial," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement