Selasa 04 Oct 2016 21:10 WIB

Mendong, Kerajinan Tangan Yogyakarta yang Sudah Mendunia

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Budi Raharjo
Tikar mendong (ilustrasi)
Foto: Republika/Fuji E Permana
Tikar mendong (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN –- Beberapa ibu terlihat sedang menganyam mendong di depan rumah Kepala Dusun Plembon, Sendangsari, Minggir, Kabupaten Sleman, DIY. Selain itu, ada pula ibu-ibu yang berkutat dengan mesin jahit dan membentuk aneka rupa jahitan dari anyaman mendong.

"Tidak semua pengrajin mengerjakan anyaman dan jahitan mendong di sini. Ada juga yang bawa pekerjaannya ke rumah masing-masing," tutur Kepala Dusun, Dwiyanto saat ditemui di rumahnya.

Menurutnya, saat ini ada 20 pengrajin yang aktif menyetorkan hasil kerajinan mendong Deriji Handycraft. Sementara jumlah pegawai di pusat kerajinan dusun tersebut hanya 10 orang. Guna mengefisiensikan sumber daya, Dwiyanto pun tak sungkan menyulap rumah pribadinya sebagai showroom Deriji Handycraft.

Ide mengembangkan sentra kerajinan mendong dengan merk produk Deriji Handycraft, sebenarnya muncul dari keperihatinan sang kepala dusun. "Biasanya mendong ini hanya dijual mentah. Kalaupun dianyam, ya hanya seadanya. Tidak ada nilai tambah, makanya harganya rendah," ujar Dwiyanto.

Agar nilai jualnya bisa lebih tinggi, ia pun berinisiatif untuk membuat fariasi produk dengan memberikan corak dan warna pada anyaman mendong. Termasuk mengolahya menjadi produk lain. Maka itu, mulai 2009, ia mengumpulkan para pengrajin dan memberikan pembinaan secara rutin. Sampai akhirnya, paguyuban pengrajin mendong di dusunnya bisa berdiri sebagai sentra kerajinan seperti sekarang.

Adapun harga produk kerajinan Deriji Handycraft cukup beragam, tergantung jenis barangnya. Sandal rumahan dipatok Rp 15 ribu per pasang, amplop undangan Rp 4.500, tas Rp 40 sampai Rp 150 ribu, serta dompet Rp 15 ribu sampai Rp 17.500.

Dalam satu bulan omset Deriji Handycraft bisa mencapai empat sampai lima juta rupiah untuk produk yang dipasarkan ke toko-toko dan pasar kerajinan. Sementara dari produk pesanan, omsetnya bisa mencapai Rp 46 juta per bulan.

Selain menjual karya kerajinan dalam bentuk jadi, Sentra Kerajinan Mendong Plembon juga menjual anyaman mendong setengah jadi. Meski demikian, selain dapat diolah kembali menjadi kerajinan lain, anyaman mendong setengah jadi ini dapat digunakan sebagai tikar.

“Untuk anyaman kami jual seharga Rp 20 ribu dengan panjang 1,5 meter,” tutur Dwiyanto. Menurutnya, pelanggan mancanegara yang datang ke Deriji Handycraft, kebanyakan mencari produk setengah jadi tersebut.

Namun ada pula pelanggan asing yang mencari produk olahan mendong yang sudah jadi. Seperti halnya sekarang, Dwiyanto dan pengrajin di Dusun Plembon tengah mengerjakan pesanan sarung bantal mendong dari konsumen Jerman dan Swis.

“Yang dari jepang juga suka ada pesanan. Tapi itu berupa dompet. Ada juga yang beli tikar mendong,” tutur pria yang menjabat sebagai kepala dusun sejak 2008 itu. Meski produknya sudah melanglangbuana hingga ke luar negeri, Sentra Kerajinan Mendong Plembon kerap menghadapi kendala usaha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement