REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Para petani di Sulawesi Tengah mengeluhkan harga komoditas ekspor, khususnya cengkeh, yang terus turun di pasaran lokal. Saat ini harga cengkeh berada pada kisaran Rp 80 ribu per kilogram.
"Harga cengkeh di pasaran sebelumnya sempat mencapai titik tertinggi pada kisaran Rp 150.000 per kilogram," kata E Mangkinda, seorang petani asal Kabupaten Morowali Utara (Morut), Selasa (4/10).
Namun, kata dia, harga komoditi tersebut terus merosot turun menjadi Rp 100 ribu per kilogram. Hingga pekan ini turun lagi menjadi Rp 80 ribu. Padahal, petani di daerah itu dalam setahun terakhir ini sedang bergairah menanam cengkeh karena didorong harganya yang mahal.
Hal senada juga disampaikan Benny, seorang petani asal Kabupaten Parigi Moutong. Namun, menurut dia, meski harga turun, tetapi masih lumayan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya harga cengkeh di pasaran hanya berkisar Rp 30 ribu per kilogram.
Sulteng merupakan salah satu daerah di Pulau Sulawesi yang memiliki luas dan produksi cengkeh cukup besar.
Daerah terbesar di Provinsi Sulteng yang mengembangkan tanaman cengkeh adalah Kabupaten Tolitoli. Daerah di Sulteng yang memiliki areal pengembangan cengkeh antara lain Sigi, Poso, Morowali Utara, Donggala, Parigi Moutong, dan Buol.
Sementara Kepala Seksi Usaha dan Sarana Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulteng, Rudi Zulkarnain mengatakan, harga cengkeh di pasaran lokal sangat tergantung dari perkembangan pasar di Surabaya.
Harga cengkeh di semua daerah, termasuk di Surabaya sebagai pemasok cengkih terbesar untuk kebutuhan pabrik rokok kini turun.