REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski kondisi ekonomi nasional belum pulih betul, merek kosmetik halal Indonesia, Wardah, tetap bisa tumbuh positif. Untuk memperkuat posisi di pasar, Wardah kuatkan strategi consumer centric.
Marketing Director Wardah Salman Subakat, mengatakan, keadaan ekonomi belum pulih sepenuhnya. Tapi Wardah bisa tumbuh di atas rata-rata industri. Di paruh pertama 2016, tingkat pertumbuhan bisnis Wardah masih bisa dua angka. Dari sisi pangsa pasar pun, Wardah masih yang pertama, di atas 20 persen untuk produk make-up.
Produk-produk perawatan kulit juga tumbuh signifikan di kisaran dua angka. "Kami masih tumbuh. Sekarang kan masih tumbuh saja sudah bagus. Kami juga fokus pada kepuasan, karena kadang ada hal yang bisa tumbuh lebih dari hitungan akal," ungkap Salman di Kantor Kementerian Perindustrian baru-baru ini.
Terus berinovasi jadi startegi tetap solid di pasar. Kedua, adalah consumer centric. Untuk menghasilkan produk bagus, Salman melanjutkan prosesnya panjang dan tidak sederhana. Jadi pionir, konsumen berharap Wardah selalu ada di depan. Karena itu, semua yang bagus coba Wardah kerjakan.
Dengan munculnya perusahaan kosmetik besar yang juga menghadirkan produk halal, Salman mengaku Wardah tidak bisa bilang terganggu atau tidak. Karena ada yang berhasil pasti akan ada mengengikuti. Tinggal bagaimana Wardah menyikapi itu. "Ini tantangan dan biasanya membuat perusahaan jadi tambah bagus," kata Salman.
Jika Wardah kini jadi acuan, di satu sisi ini tantangan dan di sisi lain ini hal tak ternilai. Bila dulu kosmetik mengacu ke Barat, sekarang ia harap acuan kosmetik ke Indonesia. Saat mengobrol dengan pelaku industri kosmetik dari luar, mereka bahkan ingin tahu sampai filosofi dan cara bisnis Wardah.
Kesuksesan Wardah saat ini, kata Salman, jauh dari apa yang direncanakan. Tapi, siap atau tidak siap, persaingan harus dihadapi karena ini merupakan hal yang tidak bisa dihambat.