Jumat 30 Sep 2016 07:32 WIB

Perkembangan Perusahaan Asal Republik Ceska di Indonesia

Kantor Home Credit
Foto: Erik Purnama Putra/Republika
Kantor Home Credit

REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA -- Laporan wartawan Republika, Erik Purnama Putra, dari Praha, Republik Ceska

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat menjanjikan rata-rata lima persen per tahun di saat banyak negara stagnan atau malah minus. Kondisi itu membuat perusahaan asing tertarik menanamkan investasinya di sini. Kondisi itu juga didukung dengan pertumbuhan kelas menengah yang berjumlah puluhan juta dari total 260 juta penduduk membuat Indonesia menjadi pasar menarik yang diperebutkan.

Potensi itulah yang membuat Home Credit yang bermarkas di Kota Praha, Republik Ceska, membuka kantor di Jakarta dengan nama Home Credit Indonesia pada 2013. Home Credit Indonesia merupakan perusahaan penyedia jasa pembiayaan konsumen yang banyak melayani pembelian gadget (gawai) dan peralatan elektronik. Perusahaan ini dimiliki orang terkaya di Republik Ceska versi Forbes bernama Petr Kellner.

Chief External Affair Officer Home Credit Indonesia Andy Nahil Gulton mengatakan, jumlah penduduk Republik Ceko hanya sekitar 10 juta lebih, yang jelas kalah jauh daripada penduduk Indonesia. Dari segi jumlah, kata dia, peluang untuk mengembangkan bisnis perusahaan jelas terbuka lebar.

Hanya saja, ia mengakui, perusahaannya sebenarnya termasuk telat memasuki pasar Tanah Air. Hal itu lantaran pangsa pasar pembiayaan di Indonesia sempat booming mulai awal 2000-an. "Setelah pertumbuhan ekonomi di Eropa melambat dan di Asia, khususnya Indonesia tetap tumbuh tinggi, akhirnya Home Credit membuka cabang di sini, meskipun terbilang telat juga," kata Andy kepada Republika.co.id di saat mengunjungi kantor pusat Home Credit di Kota Praha, Republik Ceska, akhir pekan kemarin.

Menurut Andy, perkembangan perusahaannya di Indonesia, sangat menjanjikan, karena sudah menduduki urutan kedua dalam pembiayaan konsumen, melalui toko rekanan peritel yang sudah menjalin kerja sama. Tentu saja, pihaknya menargetkan bisa menempati urutan pertama, asalkan bisa lebih cepat lagi dalam memutuskan apakah konsumen dalam mengajukan pembiayaan diterima atau ditolak.

"Saat ini kita putuskan pembiayaan itu maksimal 30 menit. Di Indonesia itu sudah cepat, tapi kami ingin lebih cepat lagi demi pelayanan kepada konsumen dan itu yang membedakan Home Credit Indonesia dengan perusahaan lain. Kalau tidak begitu, kami terus akan menjadi follower," ujar Andy.

Dia mengatakan, perusahaannya tidak lagi melihat apakah konsumen itu memiliki jaminan ketika pengajuan kreditnya akan disetujui, melainkan melihat kemampuan membayar cicilan per bulan. Kalau setelah dihitung pendapatannya sangat mencukupi, kata Andy, konsumen bisa langsung diterima pengajuannya. Karena itu, persyaratan yang ditetapkan hanya KTP dan kartu identitas lain saja untuk bisa mengurus kredit.

Dia menuturkan, perusahaannya kini sudah beroperasi di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Semarang, Yogyakarta, Pekanbaru, Malang, dan Denpasar. Adapun jumlah konsumen yang dilayani sudah mencapai 520 ribu pelanggan. Dengan bekerja sama dengan beberapa perusahaan penyedia barang elektronik, kata dia, saat ini konsumen bisa dilayani di 2.700 titik distribusi. Adapun pada semester pertama 2016, jumlah pembiayaan yang disalurkan sekitar Rp 702 miliar.

Melihat pencapaian yang selalu di atas target, Andy meyakini, Home Credit Indonesia bakal balik modal pada 2018. Menurut dia, dalam waktu lima tahun sebuah perusahaan asing bisa meraih capaian seperti itu, jelas menunjukkan kinerja cemerlang. Karena itu, ia memprediksi, sangat mungkin ke depannya perusahaannya bakal mengakuisisi sebuah bank demi mendukung bisnis pembiayaan.

Group Head of Public Relations Home Credit International, Milan Tomanek menjelaskan, perusahaannya berdiri pertama kali di Republik Ceska pada 1997. Kemudian, berturut-turut membuka kantor di Slovakia (1999), Rusia (2002), Kazakhstan (2005), Belarusia (2007), Cina (2007), India (2012), Indonesia (2013), Filipina (2013), Vietnam (2014), dan Amerika Serikat baru-baru ini.

Milan menuturkan, perusahaannya memiliki klien aktif sebesar 15,077 juta dan pada akhir tahun ditargetkan mencapai 20,1 juta konsumen. Dari data base, total klien yang sudah dilayani Home Credit di seluruh negara mencapai 59,949 konsumen dan diharapkan mencapai 64,9 juta konsumen hingga akhir tahun ini.

Hingga kini, jumlah pembiayaan yang disalurkan mencapai 840 juta euro atau sekitar Rp 12,23 triliun per bulan. "Pada 2018, kami targetkan pembiayaan mencapai 1,9 miliar euro (Rp 27,66 triliun). Angka itu didapat dari masing-masing negara," kata Milan.

Dia menuturkan, klien di masing-masing negara memiliki tipikal berbeda. Karena itu, untuk memenuhi target perusahaan, pihaknya mencoba bisa membaca permintaan konsumen. Khusus untuk pasar di Indonesia, ia yakin, klien yang dilayani bisa ditingkatkan lantaran jumlah penduduk Indonesia sangat besar.

"Setiap negara punya habit berbeda. (Pembiayaan) sepeda motor di Indonesia tidak ada. Di Cina, Filipina (pembiayaan sepeda motor) sangat populer menggunakan Home Credit," kata Milan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement