REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan diharapkan bisa merembet ke terpacunya pertumbuhan ekonomi. Dalam Rapat Dewan Gubernur, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar 25 bps dari 5,25 persen menjadi lima persen, dengan Suku bunga Deposit Facility (DF) turun 25 bps menjadi 4,25 persen, dan Lending Facility (LF) diturunkan sebesar 25 bps dari 6,00 persen menjadi sebesar 5,75 persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan, penurunan suku bunga acuan diharapkan bisa ditransmisikan ke penurunan suku bunga perbankan. Artinya, ada peluang besar pertumbuhan investasi yang ujungnya adalah pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, Suahasil menilai imbas langsung penurunan suku bunga acuan terhadap pertumbuhan ekonomi memang tidak bisa instan. Ia menyebut bahwa dampak dari kebijakan penurunan suku bunga memiliki bersifat jangka panjang yang hasilnya baru bisa dirasakan beberapa kuartal setelah penurunan.
"Biasanya perlu waktu. Kalau menurut teman-teman BI, dia mungkin ada beebrapa kuartal. Jadi penurunan yang Januari harusnya sudah mulai kita lihat sekarang. Yang jelas ini sejalan dengan target pemerintah untuk dorong pertumbuhan ekonomi," kata Suahasil, Kamis (22/9).
Sebelumnya pada 19 Agustus yang lalu, Bank Indonesia (BI) mereformulasi suku bunga kebijakannya menjadi BI 7 Day Repo Rate. Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang dilaksanakan Rabu dan Kamis ini akan menentukan perubahan tingkat suku bunga kebijakan yang dinilai mencerminkan pasar uang jangka pendek tersebut. Suku bunga kebijakan ini dinilai akan mempercepat transmisi kebijakan moneter ke perbankan.