REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mencatat impor bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium turun 30 persen dari Agustus hingga rencana Oktober 2016. Penurunan itu dikarenakan peralihan konsumsi masyarakat dari Premium ke Pertamax.
"Tren impor Premium akan menurun sejalan dengan menurunnya konsumsi beberapa bulan ini. Kalau kita lihat dari 7,8 juta barel pada Agustus menjadi 5,4 juta barel pada Oktober, penurunannya hampir 30 persen," kata Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba, Rabu (21/9).
Daniel mengatakan impor Premium menurun dari 7,8 juta barel pada Agustus, menjadi 6,9 juta barel pada September, kemudian 5,4 juta barel pada Oktober. Tren penurunan impor Premium diperkirakan terus berlanjut sampai akhir tahun.
Menurut dia, penurunan tersebut merupakan dampak perubahan konsumsi masyarakat dari Premium ke Pertamax. Hal tersebut tercermin dari stok Premium yang masih cukup tinggi selama dua bulan terakhir, sedangkan stok Pertamax kian menurun.
"Pertamax stoknya turun signifikan pada awal Juli. Secara umum permintaannya cukup tinggi walaupun kita agak surprise karena mungkin harganya (Pertamax) tidak beda jauh dengan Premium sehingga konsumen bergeser ke Pertalite dan pertamax," ujar Daniel.
Dengan meningkatnya permintaan, impor Pertamax pun meningkat dari 1,4 juta barel pada Agustus menjadi 2,7 juta barel pada September dan akan meningkat kembali menjadi 3,1 juta barel pada Oktober 2016.
Ia menambahkan impor Pertamax hanya untuk menyeimbangkan kebutuhan konsumen dan berharap fasilitas pencampuran (blending) di Tanjung Uban yang diperkirakan selesai konstruksi pada November mendatang, dapat menurunkan impor BBM.