Kamis 08 Sep 2016 12:30 WIB

Permintaan KPR Syariah Bersubsidi Meningkat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pembiayaan Syariah Perumahan
Foto: Republika/Mardiah
Pembiayaan Syariah Perumahan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembiayaan rumah bersubsidi dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) syariah pada semester I 2016 mengalami peningkatan. Kenaikan ini terjadi karena banyaknya permintaan untuk memiliki rumah.

Plt Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Indri Tri Handayani mengatakan, sampai Agustus 2016 jumlah FLPP BRI Syariah sudah mencapai Rp 700 miliar. Jumlah tersebut naik sebesar Rp 200 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Kenaikan ini akibat tingginya permintaan keluarga muda yang belum punya rumah, serta kenaikan alokasi dana dari BLU Kemenpera," ujar Indri kepada Republika, Kamis (8/9).

Pada tahun ini BRI Syariah mendapatkan kuota sebesar Rp 350 miliar dari pemerintah. Indri mengatakan, saat ini sebaran rumah KPR FLPP BRI Syariah merata di Pulau Jawa dan paling banyak tersebar di daerah Bekasi serta Banten. Sementara, untuk luar Jawa tersebar di Sumatra, yakni Pekanbaru, Jambi, dan Palembang.

"Target kami sampai akhir tahun sebesar Rp 900 miliar," kata Indri.

Sementara itu, Corporate Secretary BTN Eko Waluyo mengatakan, kinerja KPR FLPP BTN Syariah sampai Juni 2016 sudah mencapai 7.500 unit atau senilai Rp 800 miliar. Jumlah tersebut melonjak hingga 118 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni senilai Rp 369 miliar atau 3.955 unit.

Sebaran rumah KPR FLPP BTN Syariah sekitar 60 persen berada di Pulau Jawa. Sedangkan, sisanya berada di kota-kota utama di seluruh Indonesia.

Eko menjelaskan, pemerintah tidak memberikan batasan nominal kepada bank untuk menyalurkan KPR FLPP. "Secara realisasi BTN yang paling besar, karena kami yang paling lama bermain di KPR. Saat ini market share kami sudah mencapai 94 persen," ujar nya.

Sampai akhir 2016, BTN Syariah menargetkan pertumbuhan KPR FLPP sebesar Rp 1 triliun. Eko menambahkan, kenaikan KPR FLPP Syariah pada tahun ini disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat untuk memiliki rumah. Selain itu, didukung juga dengan ketersediaan anggaran pemerintah yang lebih banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement