Rabu 07 Sep 2016 09:17 WIB

Ekonomi Palestina Dua Kali Lebih Besar tanpa Pendudukan Israel

 Warga Palestina membersihkan puing-puing rumah mereka yang hancur akibat terkena serangan udara Israel di perbatasan Mesir-Rafah, Jalur Gaza, Jumat (3/2).
Foto: AP/Eyad Baba
Warga Palestina membersihkan puing-puing rumah mereka yang hancur akibat terkena serangan udara Israel di perbatasan Mesir-Rafah, Jalur Gaza, Jumat (3/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Tanpa pendudukan Israel, ekonomi Palestina bisa dengan mudah menghasilkan dua kali produk domestik bruto (PDB) saat ini, sementara pengangguran dan kemiskinan dapat turun signifikan. Sebuah laporan Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyatakan hal itu, Selasa (6/9).

Laporan tentang bantuan UNCTAD untuk rakyat Palestina menunjukkan setelah penurunan ekonomi 2014, ekonomi Palestina tumbuh 3,5 persen pada 2015. Namun, pertumbuhan itu tidak cukup untuk mengangkat pendapatan per kapita stagnan, yang tetap di bawah tingkatnya pada 2013 di wilayah Palestina.

Laporan tersebut menyatakan pendudukan telah menanamkan krisis permanen pada pengangguran, kemiskinan dan kerawanan pangan. Pada 2015, 25 persen warga Palestina menganggur dan 66 persen rawan pangan. Di Gaza, pengangguran mencapai 38 persen pada 2015.

Laporan tersebut mengungkapkan berbagai jalur di mana pendudukan Israel telah merampas hak asasi manusia rakyat Palestina untuk pembangunan dan mengeruk ekonomi Palestina, seperti penyitaan tanah Palestina, air dan sumber daya alam lainnya, hilangnya ruang kebijakan, pembatasan pergerakan orang dan barang, perusakan aset dan basis produktif, perluasan permukiman Israel, fragmentasi pasar domestik, pemisahan dari pasar internasional dan ketergantungan dipaksakan pada ekonomi Israel.

Laporan ini juga mengaitkan pelemahan ekonomi terhadap penurunan bantuan asing dan pemotongan penerimaan pajak Palestina oleh Israel selama empat bulan pertama 2015.

Laporan tersebut mencatat untuk pertama kalinya dalam 50 tahun, angka kematian bayi di Gaza meningkat dari 12 menjadi 20,3 per 1.000 kelahiran hidup antara 2008 hingga 2013. Tren ini belum pernah terjadi sebelumnya dan jarang diamati di luar masyarakat yang terkena dampak oleh epidemi HIV.

Laporan ini menyimpulkan pemeriksaan biaya-biaya ini dan hambatan-hambatan lainnya untuk perdagangan dan pembangunan adalah penting guna menempatkan ekonomi Palestina di jalan untuk pembangunan berkelanjutan serta mencapai bukan hanya penyelesaian konflik Palestina-Israel, tapi juga perdamaian abadi di Tengah Timur.

Laporan ini menunjukkan pembentukan kerangka yang sistematis, ketat dan komprehensif untuk menilai biaya ekonomi dari pendudukan Israel yang sedang berlangsung.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement