Selasa 06 Sep 2016 20:52 WIB

Cara Kementan Genjot Produksi Kedelai

Rep: melisa riska putri/ Red: Budi Raharjo
Petani kedelai tengah memanen hasil tanamannya.
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Petani kedelai tengah memanen hasil tanamannya.

REPUBLIKA.CO.ID,JAMBI -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman berencana menggenjot produksi kedelai. Produksi rata-rata nasional kedelai yang dahulu sebesar 1,5 ton per hektare, kini telah mencapai 2,5 ton per hektare bahkan empat ton.

"Ini perlu terus ditingkatkan. Oleh karena itu kami siapkan anggaran tahun depan 300 sampai 400 ribu hektare gratis dari pemerintah benihnya," ujar dia, Selasa (6/9).

Ia mengatakan, sejauh ini Indonesia masih mengimpor kedelai. Namun dengan adanya peningkatan produksi, keran impor dapat dihentikan. Padi, jagung dan kedelai (Pajale) menjadi fokus Kementerian Pertanian. 

Saat ini, diakui Amran, produksi padi di Indonesia relatif aman sementara impor jagung telah turun hingga 60 persen. "Dan ke depan fokus pada kedelai. Kita harus mandiri pangan, harus berdaulat," ujar dia.

Salah satu cara meningkatkan produksi kedelai yakni dengan memanfaatkan lahan rawa atau pasang surut. Menurutnya, penerapan teknologi dapat membantu mewujudkan realisasi tersebut. Teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan lahan rawa adalah budi daya jenuh air yang digagas Institut Pertanian Bogor (IPB).

Belum lama ini, IPB dan Pemerintah Provinsi Jambi bekerja sama dalam penerapan budidaya jenuh air untuk kedelai. Teknologi tersebut dapat dinilai berhasil setelah panen kedelai di Desa Simpang, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur hari ini.

Seluas 50 hektare kedelai hitam malika dengan teknol dipanen. Seluas 140 hektare ditanam kedelai anjosmoro dengan budi daya jenuh air. "Penerapan budidaya jenuh air juga akan dikembangkan di Kalimantan khusus untuk rawa," lanjut dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement