Selasa 30 Aug 2016 20:24 WIB

Sri Mulyani: Target Pertumbuhan Ekonomi Cukup Berat

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pertumbuhan ekonomi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui target pertumbuhan ekonomi untuk akhir tahun ini, seperti yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar 5,2 persen dinilai sulit tercapai.

Ia menyebutkan banyak faktor yang memengaruhi hal ini termasuk seretnya pertumbuhan ekonomi global yang menimpa nyaris seluruh negara di dunia. Sri mengambil contoh kondisi ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat. Negara adidaya tersebut meski tumbuh positif namun sebetulnya dilanda kerapuhan. AS juga berencana menaikkan suku bunga Bank Sentral AS minimal sekali dalam satu tahun ini.

Negara lainnya, Inggris misalnya, juga tertimpa prahara Brexit yang sempat membuat loyo perekonomian mereka. Belum lagi Australia yang masih cemas dengan rendahnya hatga komoditas pertambangan.

Di deretan negara-negara berkembang, Indonesia, Cina, dan India masih menduduki tiga negara yang paling mendingan dalam hal pertumbuhan ekonomi. Hanya saja, meski kondisianya Indonesia masih tumbuh, namun lemahnya perekonomian dunia masih memberikan tekanan kuat pada Indonesia. Akibatnya, Indonesia harus berjuang menggapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen pada semester dua tahun ini agar pertumbuhan ekonomi 2016 menyentuh angka 5,2 persen.

Sri menilai angka ini cukup berat. "Tentu kalau dilihat kalau kondisi semester dua ditandai dengan belanja pemerintah yang meningkat harapannya dia bisa mendongkrak. Namun di sisi lain kami harus menarik pajak. Apalagi ditambah dengan penundaan belanja akan mengurnagi daya dorong dari sisi pemerintah. Jadi outlook 5,2 persen memang cukup berat," ujar Sri Mulyani di gedung parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (30/8).

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement