REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukito meminta pengusaha untuk mengambil untung sewajarnya. Untuk itu Kemendag dan pihak terkait akan menerapkan pemangkasan rantai pasok.
"Pengusaha untung sewajarnya saja," katanya kepada para wartawan di kantor Kementerian Pertanian, Senin (29/8).
Ia mengatakan, harga produk pertanian dari produsen ke konsumen terlampau jauh. Hal tersebut tidak menguntungkan produsen dan memberatkan konsumen. Dengan pemangkasan rantai pasok, kata dia, produsen yakni petani dan peternak akan mendapatkan keuntungan yang layak sementara konsumen tetap bisa melakukan pembelian sesuai daya beli.
Namun, rencana pemangkasan rantai pasok ini dianggap kurang efektif. "Mungkin bisa tapi tidak akan efektif," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, Abdullah Mansur.
Ia mengatakan, ada ikatan emosional antara petani dan tengkulak. Sebab, antara petani dan tengkulak memiliki sistem pinjam jual yang dilakukan di awal karena petani biasanya kesulitan modal maupun bibit. Hal tersebut diakuinya sulit untuk diubah. Lagipula, ia melanjutkan, ada rantai distribusi yang sangat panjang dari petani ke konsumen melalui pengepul kecil hingga besar.
Untuk itu, ia menyarankan cara lain dibanding pemangkasan rantai pasok, yakni subsidi distribusi. Cara tersebut bisa dilakukan pemerintah dengan mudah. "Pemerintah bisa meminta BUMN untuk menyiapkan CSRnya melakukan subsidi itu, contohnya KAI," kata dia.
Ia mencontohkan, komoditas bawang dari Nganjuk untuk dijual di Jakarta harus menempuh jarak jauh. Sementara bawang sebagai komoditas rentan busuk dan tidak dapat bertahan lama. Hal ini dapat membuat susut dan adanya risiko harga bawang dimainkan oleh spekulan. "Dengan menggunakan kereta ada garansi untuk sampai ke tujuan tepat waktu," ujar dia.