Sabtu 27 Aug 2016 05:49 WIB

Indonesia Soroti Perdagangan Digital Jelang KTT APEC

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Bayu Hermawan
perdagangan digital (ilustrasi)
perdagangan digital (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Pemerintah Indonesia melihat era digital membawa dampak dan perubahan dalam perdagangan dunia di masa yang akan datang. Pada 2015, nilai ekonomi digital adalah 3,5 trilun dolar AS atau meningkat dua kali lipat dibandingkan pada 2008. Dalam lima tahun kedepan diperkirakan pertumbuhan akan mencapai 11 persen per tahun.

"Perdagangan digital merupakan bagian dari revolusi digital yang akan membawa dampak sangat luas bagi seluruh dunia," ujar Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Kementerian Perdagangan Deny Kurnia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (27/8).

Deny mengatakan, perdagangan digital menjadi topik hangat yang dibicarakan pada Comittee on Trade and Investment (CTI) dan rangkaian pertemuan Senior Officials Meeting (SOM) ke- 3 Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Lima, Peru pada 15-28 Agustus 2016.

Pada akhir 2015, sebanyak 1,8 miliar jiwa penduduk APEC telah bertransaksi online. Jasa online mempunyai pasar sebesar 1,6 triliun dolar AS, dan diperkirakan akan tumbuh 13 persen per tahun sampai 2020. Sebanyak dua pertiga nilai tersebut berasal dari e-retail dan e-travel.

Dalam era perdagangan digital para mitra dagang Indonesia akan menuntut pemberlakuan prinsip keterbukaan dan non-discrimination dalam lalu lintas data secara global. Para pembuat kebijakan dituntut untuk sepenuhnya memfasilitasi transaksi perdagangan digital dengan memberikan kerangka regulasi yang paling kondusif agar tidak menghambat laju pertumbuhannya, terasuk tidak menyebabkan terjadinya pengkotakan data.

Deny menambahkan, dalam sidang CTI, Indonesia dinilai sebagai salah satu kawasan yang sangat penting dalam peta ekonomi digital dan salah satu pasar besar industri internet yang diakui dunia. Apalagi, penggunaan aplikasi GoJek, Doku, dan Blanja menjadi populer di Indonesia.

"Ini membuka peluang baru yang tidak terpikirkan sebelumnya dan menjembatani kepentingan berbagai pihak mencakup produsen, konsumen, dan pasar," kata Deny.

Pengembangan kerangka kebijakan yang terpadu dan mumpuni, serta program pendidikan dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang bisnis di era digital. Deny berharap, Indonesia mampu selangkah lebih maju dari negara lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement