REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian membuka peluang kerja sama industri dengan Vietnam khususnya pada pengembangan teknologi alat-alat pertanian. Apalagi beberapa perusahaan di Indonesia sudah menguasai teknologi pra panen dan pasca panen.
"Nanti kita akan studi, komponen apa yang mereka buat dan mereka juga akan mempelajari komponen yang ada di Indonesia," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (26/8).
Kerja sama ini merupakan bentuk perwujudan dari terbukanya pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurut Airlangga, Vietnam belum berbicara mengenai investasi dan untuk tahap awal ini masih melakukan studi terlebih dahulu. Airlangga menambahkan, Indonesia sudah menguasai teknologi pengolahan agrikultur untuk produk-produk kakao, CPO, karet dan hortikultura.
Industri alat mesin pertanian (alsintan) di Indonesia telah memiliki kemampuan memproduksi traktor tangan, traktor kecil hingga sedang, pompa irigasi, mesin bajak yang digunkanan untuk tahap pra panen. Sedangkan untuk pascapanen, Indonesia sudah bisa memiliki kemampuan teknologi seperti mesin pengering.
"Namun baru 35 persen produk alsintan di Indonesia yang diproduksi oleh perusahaan dalam negeri,” kata Airlangga.
Kemenperin mencatat, industri alsintan Indonesia tumbuh 261 persen pada 2015 dengan nilai 26.6 juta dolar AS. Tujuan ekspor utamanya ke Nigeria, Malaysia, Amerika Serikat, Filipina, Venezuela and Timor Leste. Di sisi lain, Indonesia mengimpor untuk produk-produk alsintan sebesar 45.3 juta dolar AS pada 2015. Airlangga mengharapkan peningkatan neraca perdagangan kedua negara, dari 6 miliar dolar AS pada 2015 menjadi 10 miliar dolar AS pada 2018.
Menurut Airlangga, Indonesia dan Vietnam punya kemiripan industri dan kemiripan pangsa ekspor sehingga diharapkan dapat saling melengkapi. Ekspor Indonesia ke Vietnam diantaranya produk kimia, permesinan, komponen elektronika, dan komponen mesin. Sedangkan impor dari Vietnam, antara lain tekstil, beras, alas kaki dan karet untuk kebutuhan industri.