Kamis 25 Aug 2016 14:12 WIB

Pemerintah Minta Bea Masuk ke Selandia Baru Diturunkan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Salah satu sudut menawan di Selandia Baru.
Foto: AP
Salah satu sudut menawan di Selandia Baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian meminta kepada pemerintah Selandia Baru untuk menurunkan tarif bea masuk menjadi nol persen terhadap produk herbisida dan insektisida yang digunakan untuk pertanian. Sebab, ekspor kedua produk tersebut saat ini masih dikenakan tarif lima persen.

Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan, tarif bea masuk lima persen hanya dikenakan untuk produk insektisida dan herbisida Indonesia yang diekspor ke Selandia Baru. Sedangkan, Malaysia dengan produk yang sama mendapatkan tarif bea masuk nol persen.

"Kalau dengan begini perusahaan kehilangan gate di pasar Selandia Baru, maupun Australia. Oleh karena kami meminta untuk menyelesaikan permasalahan liberalisasi lebih jauh lagi untuk produk ini," ujar Harjanto di Jakarta, Kamis (25/8).

Harjanto menjelaskan, Malaysia bisa mendapatkan tarif bea masuk nol persen karena memiliki hubungan bilateral yang kuat dengan Selandia Baru. Perbedaan tarif masuk tersebut akan menganggu akses ekspor Indonesia ke Selandia Baru untuk produk herbisida dan insektisida. Apalagi, di ASEAN hanya Indonesia dan Malaysia saja yang mengekspor kedua produk tersebut ke Selandia Baru. Selain itu, Indonesia dan Malaysia sama-sama bergabung dalam skema perdagangan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).

"Makanya kita minta melalui Selandia Baru agar dilakukan liberalisasi lebih jauh lagi untuk dua produk itu. Sehingga kita dapat preferensi yang sama dengan Malaysia yakni nol persen," kata Harjanto.

Apabila Indonesia bisa mendapatkan tarif bea masuk nol persen maka dapat meningkatkan neraca perdagangan dengan Selandia Baru yang selama ini mengalami defisit. Pada 2014 total perdagangan Indonesia dan Selandia Baru mencapai 1,31 miliar dolar AS di mana Indonesia mengalami defisit sebesar 354,61 juta dolar AS dengan total ekspor 481,4 juta dolar AS, dan impor 836,03 juta dolar AS.

Sementara itu, pada 2015 neraca perdagangan mengalami penurunan sangat signifikan yakni mencapai 1,07 miliar dolar AS dan Indonesia mengalami defisit sebesar 200,8 juta dolar AS. Performa ekspor Indonesia ke Selandia Baru pada 2015 sekitar 436,25 juta dolar AS dan impor sebesar 637 juta dolar AS.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, Selandia Baru melalui PT Fonterra Indonesia sudah melakukan investasi untuk produk susu. Total investasinya yakni sebesar Rp 375 miliar, dan sudah beroperasi sejak September 2015. Investasi ini merupakan yang terbesar di ASEAN dalam beberapa tahun terakhir. Airlangga berharap, neraca perdagangan Indonesia dan Selandia Baru bisa ditingkatkan menjadi dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement