REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meyakini rencana pemerintah untuk memangkas anggaran belanja negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016, tidak akan memberi sentimen negatif pada nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan, rencana tersebut disambut baik oleh BI. Karena, apabila tidak dilakukan pemangkasan anggaran, sementara penerimaan pajak tidak seperti yang direncanakan, maka harus melakukan penambahan utang.
"Nah kalau sekarang diadakan pemotongan, tentu ini tidak kemudian membuat dilakukan tambahan utang. Jadi saya menyambut baik. Tinggal kita nanti sama-sama mengikuti yang dipotong anggarannya adalah semoga anggaran yang betul-betul strategis dan betul-betul yang bisa membantu pertumbuhan ekonomi,"ujar Agus di Gedung BI, Jakarta, Selasa (9/8).
Agus mengharapkan, realisasi anggaran yang tercatat dalam APBNP nantinya bisa dilakukan dengan baik, sehingga dampaknya baik pada pertumbuhan ekonomi. Tetapi secara umum, ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bisa baik apabila semua pihak ikut berpartisipasi.
"Jadi bukan hanya tergantung pada pengeluaran pemerintah, tetapi juga pengeluaran swasta dalam bentuk konsumsi ataupun dalam bentuk investasi,"katanya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami fluktuasi sejak sebulan terakhir. Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) tercatat rupiah pada Selasa (9/8) menguat 11 poin atau 0,08 persen ke level Rp 13.133 per dolar AS. Salah satu faktor penguatan rupiah adalah sentimen positif dari rencana pemerintah untuk memangkas APBNP.