Jumat 22 Jul 2016 10:42 WIB

OJK Ungkap Syarat Industri Keuangan Dipercaya Masyarakat

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad dalam sebuah kesempatan jumpa pers di gedung OJK, Jakarta Pusat. (Antara/Fanny Octavianus)
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad dalam sebuah kesempatan jumpa pers di gedung OJK, Jakarta Pusat. (Antara/Fanny Octavianus)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D Hadad menilai, ada tiga pilar penting yang dapat membangun kepercayaan masyarakat terhadap industri keuangan. Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan dalam Seminar OJK: Building Trusted Industry di Menara Merdeka OJK, Jumat (22/7).

"Dalam bahasa agama, pilar pertama itu adalah hablumminallah. Nah yang kedua itu hablumminannas," ujar Muliaman.

Maksud dari pilar pertama adalah industri keuangan harus mampu menyelamatkan diri sendiri atau mempunyai kekuatan sendiri. Sebab, krisis datang dan pergi tanpa diundang.

Menurutnya, ketika krisis datang, frekuensi terjadinya krisis semakin ke depan ditarget intervalnya semakin singkat. Sebagai contoh, keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), sentimennya bisa mempengaruhi dinamika keuangan Indonesia, paling tidak dalam jangka pendek ke indikator pasar. Selain itu, ada masalah lain di global yang di luar kontrol, semua itu dampaknya akan terasa karena industri keuangan Indonesia terbuka.

"Walaupun dampaknya tidak signifikan, karena hubungan dengan negara-negara itu tidak terlalu besar. Tapi mitra dagang kita ada hubungannya. Jadi second round impact harus diwaspadai," ujarnya.

Sehingga belajar dari pengalaman ini, kata Muliaman, pilar pertama harus membangun industri keuangan yang berdaya tahan. Untuk membangun itu masing-masing otoritas memiliki peran masing-masing.

Muliaman menegaskan, industri keuangan Indonesia untuk itu harus resilient, tidak hanya well managed dengan mengedepankan good governance, namun juga well capitalized, kuat secara finansial. "Kalau industri keuangan bisa mengelola ini nantinya akan muncul sendiri trust itu," ujarnya.

"Maka dari OJK, akan terapkan prinsip prudential, tidak hanya bank, tapi juga lain. Kita mulai dari diri kita sendiri, artinya bagaimana membangun kepercayaan dari dalam," tuturnya.

Apabila telah berdaya tahan, kata Muliaman, maka dapat bisa menjaga stabilitas. Meski berdaya tahan, industri keuangan tidak dapat tumbuh dan berkembang sendiri. Agar dapat membantu pertumbuhan ekonomi. Utnuk itu pilar kedua adalah industri yang lebih kontributif.

"Dari pilar pertama dan kedua itu jika digabungkan, secara konsisten akan kemudian menciptakan tambahan value, dan tentu saja menciptakan trust (kepercayaan) yang tmbuh dan berkembang," ujarnya.

Sementara itu, pilar ketiga yaitu akses keuangan. Selama ini sebagai negara kepulauan, Literasi keuangan Indonesia masih rendah dan belum dapat menjangkau seluruh pelosok negeri. Tiga pilar ini merupakan induk dari master plan industri keuangan Indonesia 2015-2019.

Menurutnya, tanggung jawab bersama untuk mendorong literasi keuangan ini. Karena tidak mungkin dapat memiliki konsumen yang luas jika tidak didorong literasi keuangan terhadap calon nasabah. Salah satu cara OJK untuk melakukan literasi ini dengan menggunakan agen branchless banking (bank tanpa kantor cabang) dengan program Laku Pandai.

"Dengan teknologi bisa mencapai ke seluruh pelosok. Makanya peran agen perlu. Bank tidak perlu hadir secara fisik, karena sudah diwakili oleh agen. Ini akan jadi efisiensi bagi bank, bisa ekspansi dan bisa potong biaya signifikan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement